Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Karet Mulai Seret Terganjal Peningkatan Pasokan

Ekspor karet Indonesia mulai seret akibat semakin meningkatnya pasokan dari berbagai negara di tengah stagnannya permintaan atau daya serap pasar global terhadap karet.

Bisnis.com, JAKARTA—Ekspor karet Indonesia mulai seret akibat semakin meningkatnya suplai karet dari berbagai negara di tengah stagnannya permintaan atau daya serap pasar global terhadap karet.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Daud Husni Bastari menyatakan selain Indonesia, banyak negara di Asia Tenggara bahkan hingga Afrika mengalami peningkatan produksi.

“Vietnam, Malaysia, Thailand, sampai beberapa negara di Afrika membuka lahan karet baru. Mereka menggebu-gebu meningkatkan produksi karetnya,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (11/7/2014).

Pada 2013, berdasarkan data International Rubber Study Group (IRSG), produksi karet Thailand mencapai 4,14 juta ton, Indonesai sebanyak 3,08 juta ton, Vietnam 946.600 ton, dan Malaysia 820.000 ton.

Daud mengatakan sampai akhir semester I tahun ini produksi karet Indonesia naik 3% atau sekitar 92.400 ton dibandingkan tahun lalu. Pihaknya optimistis tren peningkatan itu akan bertahan sampai akhir 2014.

Di tengah kenaikan produksi tersebut, Gapkindo berekspektasi akan ada pasar baru dalam peta penyerap komoditas karet. Dia menuturkan mayoritas serapan karet di pasar global tercurah untuk kebutuhan industri ban.

“Lebih banyak itu memang untuk produksi ban pengganti untuk mobil atau kendaraan lama, mencapai 70% dan 30%-nya untuk ban mobil [produksi] baru,” ucapnya.

Dia berharap pada pasar India, Tiongkok, dan Jepang, tetapi ketiga negara tersebut menghadapi persoalan masing-masing. Sehingga pada tahun ini, sambungnya, relatif tidak ada perubahan permintaan karena belum terbukanya pasar yang baru.

Menurut dia, pilihan perusahaan karet lokal dalam memasarkan komoditasnya masih relatif terbatas untuk pasar luar neger. Pasar dalam negeri yang memiliki potensi besar, sambungnya, belum mendukung hilirisasi komoditas karet.

“Kalau dilihat, banyak mobil dan motor di Indonesia. Karena untuk produksi ban tidak hanya butuh karet murni, industri penunjang lainnya ini yang belum cukup mendukung,” tuturnya.

Dia berpandangan produksi karet Tanah Air masih sangat bergantung faktor eksternal, terlebih bila hal tersebut berkaitan dengan hilirisasi komoditas karet.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Abdalah Gifar
Editor : Taufik Wisastra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper