Bisnis.com, JAKARTA - Pasokan gula rafinasi yang masih melimpah di dalam negeri dikhawatirkan akan menyebabkan gula lokal sulit terserap pasar.
Asosiasi pelaku usaha tebu mengeluhkan gula rafinasi masih menumpuk yang berpotensi masuk ke pasar ritel di dalam negeri.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sumitro Samadikoen menyatakan akumulasi rembesan gula rafinasi yang mestinya hanya diperuntukkan untuk industri makanan dan minuman pada tahun ini masih tersisa lebih dari 600.000 ton.
Pasar harus dibersihkan dari gula rafinasi supaya hasil panen petani dan industri dalam negeri bisa masuk, ujar Ketua Umum APTRI Sumitro Samadikoen kepada Bisnis, Senin (14/7/2014).
Dari catatan APTRI, pada 2012 rembesan gula rafinasi mencapai 700.000 ton dari total impor 2,8 juta ton, kemudian naik menjadi 1 juta ton dari total impor 3,2 juta ton. Pada tahun ini, diperkirakan rembesan mencapai 1,2 juta ton, sehingga akumulasi selama 3 tahun tersebut mencapai 2,9 juta ton.
Hal tersebut, katanya, masih ditambah dengan realisasi impor tahun ini yang dieksekusi pada akhir 2013 sebesar 350.000 ton.
Sumitro memaparkan membanjirnya gula rafinasi impor diakibatkan kebijakan Menteri Perdagangan sebelumnya yang sangat pro-impor.
Sehingga, katanya, hal ini menyulitkan Menteri Perdagangan saat ini untuk mengelola industri pengolahan tebu ini.
Di sisi lain, dia menuturkan bahwa rembesan gula rafinasi tersebut juga menghajar harga gula domestik. Sebelum impor gula rafinasi besar-besaran dilakukan, lanjutnya, harga gula sempat mencapai titik ideal antara Rp9.500-Rp11.000 per kg.
Namun, dia mengatakan saat ini harga hanya berada di kisaran Rp8.250-Rp8.500 per kg, atau masih di bawah harga pokok produksi (HPP) petani.
Produksi petani jelas kalah. Oleh karena itu, yang harus dilakukan sekarang adalah mencabut regulasi yang membolehkan distributor untuk memasarkan gula rafinasi impor. Itu untuk membersihkan pasar, tambahnya.
Dia mengungkapkan, apabila pemerintah jujur dalam penghimpunan data, semestinya pada Mei dan Juni lalu gula di pasaran sudah habis, bertepatan dengan musim giling yang membuka peluang tebu hasil panen petani bisa terserap pasar.