Bisnis.com, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan laju investasi langsung yang masuk pada paruh kedua akan lebih gencar seiring terpilihnya presiden periode 2014-2019 dan kepastian akan iklim usaha yang kondusif.
Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto memperkirakan laju investasi yang masuk sepanjang tahun ini setidaknya sama seperti tahun lalu. Adapun, pertumbuhan realisasi investasi 2013 mencapai 27% dari tahun sebelumnya.
“Kalau sudah ada kepastian, saya pikir investor akan masuk lebih gencar lagi pada sisa tahun ini, setelah sebelumnya pelaku usaha cenderung wait & see pada awal tahun,” tuturnya di Jakarta Convention Center, Selasa (22/7/2014).
Suryo menilai Indonesia cukup beruntung karena termasuk dalam negara tujuan utama investasi bagi para penanam modal.
Bahkan, dia mengklaim, investasi di Indonesia lebih menarik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, seperti Afrika Selatan, Turki, dan lain sebagainya.
Dia menilai peluang usaha di Indonesia saat ini masih terbuka lebar.
Hal itu dikarenakan masih banyak kekurangan di berbagai lini, antara lain seperti produksi bahan baku.
Apalagi, potensi pasar di Indonesia merupakan terbesar ke empat di dunia, sehingga kian memikat investor.
“Indonesia itu beruntung. Jadi kita tidak perlu khawatir mengenai investasi, tinggal bagaimana kita mempercepat adanya kepastian, keamanan dan suasana yang ramah bagi investor. Saya kira itu saja yang paling penting,” tuturnya.
Oleh karena itu, dia berharap usai terpilihnya presiden tidak diwarnai aksi anarkis, seperti kerusuhan dan lain sebagainya.
Dia juga berharap presiden yang terpilih langsung menjalankan rencana atau program prioritasnya dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
Berbeda dengan Kadin, ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop justru menilai laju investasi tahun ini cenderung melambat dibanding tahun sebelumnya.
Menurutnya, terpilihnya presiden tidak serta merta mendorong laju investasi meningkat.
“Saya kira masih akan melambat, tetapi ini alamiah bagi negara yang tengah dalam situasi tahun politik. Para penanam modal tentu berhitung apakah investasi saat ini visible apa tidak, karena investasi langsung itu biasanya jangka panjang,” jelasnya.
Ndiame memperkirakan para penanam modal masih akan cenderung wait & see sampai kabinet dari presiden baru telah terbentuk, dan program-program yang akan diimplementasikan pemerintah yang baru telah dipublikasikan.
Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan realisasi investasi proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) meningkat 15% atau Rp450 triliun tahun ini.