Bisnis.com, BITUNG — Pemerintah serius menggarap Bitung sebagai simpul utama distribusi dan logistik bagi kawasan Indonesia Timur salah satunya dengan mengebut target penambahan kapasitas pelabuhan di kota tersebut hingga lebih dari dua kali lipat.
Saat ini, kapasitas bongkar muat Pelabuhan Bitung telah mencapai 400.000 Teus, naik drastis dari capaian tahun lalu sebesar 200.000 Teus/tahun. Pemerintah berupaya untuk secepatnya menaikkan volume bongkar muat pelabuhan tersebut menjadi 120%.
Wamen Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengungkapkan pemerintah memang tengah menyiapkan pelabuhan utama di Sulawesi Utara tersebut sebagai simpul (hub) internasional. Salah satu yang sedang getol diupayakan adalah menjadikan Bitung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sulut.
Selain itu, Kementerian Perdagangan juga baru saja memberikan izin bagi Pelabuhan Bitung untuk menjadi pintu masuk bagi impor produk tertentu, seperti pakaian jadi, makanan dan minuman, serta alat elektronik.
Izin tersebut tertuang dalam Permendag No.36/2014. Sebelumnya, Pelabuhan Bitung hanya dapat menjadi akses bagi kegiatan impor barang modal dan bahan baku/penolong untuk konstruksi, seperti besi dan baja, peralatan listrik, peralatan mekanik, dan sebagainya.
“Tidak terlalu lama lagi—mungkin bukan dalam masa pemerintahan yang sekarang—volume bongkar muat di Pelabuhan Bitung akan naik 120% atau lebih dari dua kali lipat,” tutur Bayu di sela-sela kunjungan ke kantor Bea dan Cukai Pelabuhan Bitung, Kamis (4/9/2014).
Target tersebut akan tercapai apabila proyek KEK Bitung sukses, dibarengi dengan mandatori penerapan portal Indonesia National Single Window (INSW) bagi kegiatan ekspor-impor melalui pelabuhan tersebut, serta aktivasi jalur Pendulum Nusantara.
Sekadar catatan saja, melalui proyek KEK, Bitung diharapkan mampu bertransformasi menjadi pusat logistik, distribusi, dan perikanan bagi Provinsi Sulut. Sementara itu, sistem INSW akan diaktifkan BC Pelabuhan Bitung per 18 September 2014.
Adapun, Pendulum Nusantara merupakan jalur distribusi via laut yang melalui pelabuhan Belawan, Makassar, dan seharusnya berujung di Sorong. Namun, karena ketidaksiapan infrastruktur di pelabuhan Papua tersebut, muara jalur tersebut dialihkan ke Bitung.
Apabila ketiga formulasi tersebut dapat berjalan dengan baik, lanjut Bayu, diharapkan Pelabuhan Bitung sanggup menjadi satu-satunya pelabuhan di Indonesia Timur yang dapat dijadikan simpul internasional. Artinya, kegiatan ekspor-impor dari sana bakal kian meroket.
Pelabuhan tersebut juga diharapkan dapat menjadi simpul distribusi migas bagi kawasan Indoensia Timur. Saat ini, Pelindo 4 optimistis dapat menaikkan jumlah crane minyak dari 200.000 menjadi 400.000 unit.
Ditambah lagi, peningkatan kapasitas pelayanan oleh Pelindo 4 ditarget mampu mencapai 1.000 kontainer/hari. Bayu menambahkan proses bunkering bahan bakar minyak (BBM) di Bitung juga sudah berjalan. “Tidak banyak pelabuhan di Indonesia yang sudah punya bunkering.”