Bisnis.com, JAKARTA -- Sebanyak 320.000 pekerja hutan tanaman industri (HTI) terancam dikenai pemutusan hubungan kerja sebagai risiko yang harus diambil perusahaan lantaran diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pengelolaan dan Perlindungan Ekosistem Gambut.
Poin yang memberatkan pengusaha dalam regulasi tersebut adalah terkait penetapan muka air gambut 0,4 meter dari permukaan. Pembatasan ini membuat akar kelapa sawit dan pohon akasia di hutan tanaman yang bisa tumbuh lebih dari satu meter akan terendam dan mati.
"Akibatnya sekitar 30.000 tenaga kerja HTI dan 290.000 tenaga kerja industri terancam akan di PHK," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Bidang HTI Nana Suparna, Senin (20/10/2014).
Kebijakan tersebut, sambung Nana, juga mengancam kerugian serta hilangnya devisa yang didapat dari sektor tersebut.
"HTI kehilangan nilai produksi kayu Rp103 triliun untuk satu masa izin, kemudian kalau dari pabriknya akan kehilangan devisa US$5,4 miliar per tahun," ujarnya.
PP GAMBUT: 320.000 Pekerja Hutan Tanaman Industri Terancam PHK
Sebanyak 320.000 pekerja hutan tanaman industri (HTI) terancam dikenai pemutusan hubungan kerja sebagai risiko yang harus diambil perusahaan lantaran diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pengelolaan dan Perlindungan Ekosistem Gambut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Tegar Arief
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu
Lo Kheng Hong Serok Lagi Saham GJTL Desember 2024
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
3 menit yang lalu
Rempang Kembali Memanas, Bagaimana Nasib PSN Milik Tomy Winata?
12 menit yang lalu
WIKA Lunasi Sebagian Obligasi Seri A Tahap I dengan Call Option
34 menit yang lalu
Hampir 100 Ribu Orang Teken Petisi Desak Prabowo Batalkan PPN 12%
56 menit yang lalu
Usai Pangkas Suku Bunga, The Fed Fokus Kendalikan Inflasi
1 jam yang lalu