Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspatriat Jadi Pasar Petani Selada Hidroponik

Pesatnya pertambahan jumlah tenaga kerja asing di wilayah Jakarta dan Tangerang menjadi peluang bisnis menjanjikan bagi para petani Selada dengan cara hidroponik di daerah Tangerang Selatan.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, TANGERANG—Pesatnya pertambahan jumlah tenaga kerja asing di wilayah Jakarta dan Tangerang menjadi peluang bisnis menjanjikan bagi para petani Selada dengan cara hidroponik di daerah Tangerang Selatan.
 
Kunto Herwibowo, pemilik PT Tropical Rain Indonesia, perusahaan pengelola pertanian hidroponik, mengatakan semakin banyaknya jumlah ekspatriat atau tenaga kerja asing di Jakarta dan sekitarnya telah meningkatkan omzet usaha dan memperluas jaringan pemasaran.
 
“1 kg sayur selada dibeli oleh konsumen perusahaan senilai Rp50.000 per gram. Kapasitas produksi per bulan 600 kg hanya pada lahan seluas 270 m2. Sementara biaya produksi untuk 1 kg selada hanya Rp20.000. Sudah jelas untungnya,” ujarnya kepada Bisnis di Tangerang Selatan, Kamis (6/11).
 
Menurutnya, omzet perbulan yang didapatkan tidak kurang dari Rp30 juta. Tidak hanya itu, persaingan pasar yang ditawarkan juga tidak ketat, pasalnya, produsen sayuran kelas premium ini di Indonesia belum terlalu banyak.

Selain itu, lanjutnya, secara umum bisnis pertanian sangat sensitif terhadap biaya transportasi, oleh karena itu pengusaha harus menyiasati produksi sayuran selada dengan cara hidroponik di sekitar Jakarta untuk mendekati pasar.
 
Sempitnya lahan pertanian di Jakarta dan sekitar, lanjutnya, disiasati dengan menggunakan pola tanam hidroponik yang relatif membutuhkan modal besar. Untuk membangun infrastruktur hidroponik, pihaknya harus mengeluarkan dana sebesar Rp150 juta.
 
Oleh karena itu, guna meraup untung pada usaha pertanian dengan cara hidroponik, pihaknya hanya menanam sayuran dengan nilai ekonomis tinggi. Selain itu, untuk memenuhi permintaan pasar, dalam tiga tahun terakhir pihaknya telah memiliki lima lahan pertanian di lokasi berbeda di sekitar Jakarta.
 
Hasil produksi dari lima lokasi ini, lanjutnya, difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pasar Jakarta. Tidak hanya dipasarkan kepada pasar modern, namun, pihaknya juga langsung menyuplai barang ke hotel-hotel dan restoran dengan segmen konsumen asing.
 
Pengembangan usaha pertanian, tuturnya juga dilakukan dengan sistem petani plasma. Di mana pihaknya bekerja sama dengan masyarakat yang memiliki luas lahan tertentu untuk dikembangkan secara bersama-sama.
 
Selain di Jakarta, pihaknya telah memiliki dua lahan lainnya di Kota Batam dan Pekanbaru. Untuk lahan pertanian yang berada di Batam, produksi sayuran selada menurutnya sudah menarik minat pengusaha asal Singapura.
 
“Singapura memiliki konsumen sayuran selada sangat banyak. Selama ini mereka [Singapura] hanya mengandalkan pasokan dari Malaysia. Untuk mengamankan pasokan, mereka mulai mengajak petani Indonesia untuk bekerja sama,” tuturnya.
 
Ketertarikan pengusaha asal Singapura mengirim produk dari Batam, ujarnya, juga atas pertimbangan biaya pengiriman barang yang lebih murah ketimbang dari pulau Jawa. Oleh karena itu, saat ini pihaknya tengah berusaha memenuhi standar kerja sama yang diajukan oleh Singapura.
 
Untuk benih sayuran yang digunakan, menurutnya perusahaan menggunakan produk asal Belanda. Hingga saat ini, lanjutnya, produsen bibit selada dalam negeri belum dapat menghasilkan selada dengan kualitas tinggi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper