Bisnis.com, BANDARLAMPUNG - Manajemen Pabrik Gula PT Gunung Madu Plantations (GMP) di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, mengharapkan pemerintah dapat mengendalikan impor gula rafinasi untuk kalangan industri secara proporsional.
"Harga gula pasir saat ini yang paling kacau dan rendah dibandingkan sebelumnya, antara lain setelah gula rafinasi itu membanjiri pasaran dalam negeri. Hal ini dikeluhkan petani tebu dan produsen, seperti kami," kata Kepala Divisi Service, Business and Finance (SBF) PT GMP Gunamarwan didampingi Humas PT GMP Hapris Jawodo di Lampung Tengah, Minggu (16/11/2014).
Dia menegaskan bahwa impor gula rafinasi sebenarnya diperuntukkan kalangan industri yang memang kekurangan pasokan bahan baku gula untuk pengolahan industrinya sehingga harus mengimpornya.
Namun, kecenderungan saat ini ternyata ditemukan banyak produk gula rafinasi impor itu yang dijual di pasaran dan dikonsumsi kalangan rumah tangga nonindustri. Hal ini diperkirakan akibat impor melebihi kuota atau kebutuhan kalangan industri di dalam negeri sehingga kelebihan impornya harus dilepas di pasaran.
"Peredaran gula rafinasi di pasar dalam negeri itu berdampak pada pasokan dan harga gula pasir yang dihasilkan, termasuk dari PT GMP, sehingga menjadi murah dan cenderung terus menurun," ujarnya.
Selain petani tebu yang mengeluhkan kondisi tersebut, akibat mereka harus menerima harga di bawah harga sebelumnya, kalangan industri gula pasir nasional juga mengalami kerugian karena harus menjual gula pasir yang diproduksi dengan harga lebih rendah daripada sebelumnya.
Padahal, biaya produksi dan biaya operasional gula pasir itu makin meningkat, "Ternyata hasilnya terpaksa dijual lebih murah," kata dia pula. Saat ini petani tebu paling tidak menghadapi penurunan harga jual, yakni dari semula Rp9.500,00 per kilogram menjadi Rp7.000,00/kg.
Harga pokok penjualan gula pasir dari produsen saat ini mencapai Rp8.300,00--Rp8.400.00/kg, dan harga gula pasir retail di pasar modern antara Rp11.000 dan Rp12.0000/kg, serta harga eceran di tingkatan rumah tangga bisa mencapai hingga Rp14.000/kg.
Menurut Gunamarwan, harga gula pasir yang paling tinggi dalam beberapa tahun ini terjadi pada tahun 2012, dan paling rendah terjadi pada tahun ini.
Perseroan Terbatas GMP saat ini memproduksi gula pasir sebanyak 195.002 ton, sedangkan pada tahun 2013 produksinya mencapai 181.451 ton.
Selain PT GMP, PT Perkebunan Nusantara VII yang berkantor pusat di Lampung juga mengeluhkan harga gula pasir yang terus menurun tahun ini sehingga diperkirakan akan menekan pendapatan dan perolehan keuntungan perusahaan milik negara ini yang makin kecil.