Bisnis.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo menuturkan efektivitas tambahan stimulus fiskal dalam APBN-P 2015 sebesar Rp230 triliun terhadap pertumbuhan ekonomi yang tahun ini ditargetkan 5,8% masih sangat tergantung pada tingkat penyerapan belanja negara.
Presiden menurutkan realokasi dana subsidi BBM menghasilkan ruang fiskal sebesar Rp230 triliun, bukan Rp120 triliun seperti yang selama ini diungkapkan. Anggaran tersebut akan digulirkan sebagai stimulus fiskal untuk menginjeksi program pertanian, kesehatan, infrastruktur, kemaritiman, dan pendidikan.
"Ini angka besar sekali yang akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi tergantung lagi realisasi penyerapan seperti apa," katanya dalam forum Indonesia Outlook 2015 bertajuk Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Kamis (15/1/2015).
Dalam APBN-P 2015, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8%. Namun, dengan memantau dinamika ekonomi eksternal, rentang laju ekonomi diperlebar menjadi kisaran 5,6%-5,8%.
"Perkiraan saya antara 5,6%-5,8%. Ini perkiraan IMF 5,5%, Bloomberg 5,4%. Ini perkiraan-perkiraan, mereka belum tahu kondisi APBN kita lebih sehat," imbuhnya.
Anggaran stimulus fiskal yang terus meningkat, diproyeksi dapat menyumbang 1,2%-2,1% terhadap laju pertumbuhan ekonomi lantaran memberikan multiplier effect terhadap roda ekonomi nasional.
"Artinya lima tahun ke depan harus optimistis, bahwa pencapaian di atas 7% bukan sesuatu yang mustahil kita raih," kata Jokowi.
Untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, Presiden memberi catatan agar jajarannya meningkatkan penyerapan anggaran. Jokowi kurang puas, dengan realisasi penyerapan anggaran negara yang hanya 84%.
"Kalau penyerapan bisa di atas 90%, syukur di atas 95% itu akan betul-betul mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kita," pungkasnya.