Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakaian Impor Bekas di Bandung akan Diawasi, Ridwan Kamil: Dikaji Dulu

Di Kota Bandung rupanya terdapat cukup banyak pedagang pakaian bekas impor, yang salah satu titiknya berada di Gedebage.
Pemusnahan pakaian bekas. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meminta aparatnya mengkaji lebih dalam masuknya pakaian bekas dari luar negeri sebelum mengambil tindakan yang diperlukan./Ilustrasi-Antara
Pemusnahan pakaian bekas. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meminta aparatnya mengkaji lebih dalam masuknya pakaian bekas dari luar negeri sebelum mengambil tindakan yang diperlukan./Ilustrasi-Antara

Bisnis.com, BANDUNG - Di Kota Bandung rupanya terdapat cukup banyak pedagang pakaian bekas impor, yang salah satu titiknya berada di Gedebage.

Anggota Komosi B DPRD Kota Bandung Aan Andi Ahmadi meminta Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Industri, serta Perdagangan (KUKM-Indag) setempat untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan penjualan baju-baju bekas yang saat ini terlihat marak.

Dia mengatakan di Kota Bandung saat ini banyak bermunculan usaha-usaha barang bekas, khususnya pakaian.

"Dinas KUKM dan Indag harus hati-hati, baik dalam pengawasan dan pemberian izin terutama menyangkut baju bekas karena banyak yang tidak steril dan bisa saja menimbun bakteri-bakteri berbahaya bagi si pemakai," ujarnya.

Menurutnya, sebaiknya pedagang baju bekas mendapat pengawasan yang ketat dari pemkot dan betul-betul menjamin keamanan masyarakat.

"Pemkot jangan menunggu, tetapi harus cepat tanggap dan kreatif melakukan pengecekan terhadap penjual pakaian bekas dan itu sangat berbahaya,” jelasnya.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengaku baru mendengar kabar bila pakaian bekas impor mengandung banyak bakteri.

"Jika menggunakan parameter kesehatan yang terukur bahwa pakaian bekas impor ini dapat mengancam kesehatan masyarakat, kami mendukung selagi memang terbukti dan teruji," katanya.

Namun, menurutnya perlu diperhatikan dan dikaji lebih dalam karena hal ini menyangkut dengan ekonomi masyarakat tingkat bawah yang dapat terganggu apalagi pelarangan ini terjadi.

Oleh karena itu, Emil—sapaan akrab wali kota--mengungkapkan saat ini pihaknya dan Disperindag sedang mencari jalan untuk bagaimana caranya mengukur volume-volume tertentu yang berkaitan dengan isu ini.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengaku tidak berwenang untuk meminta masyarakat agar tidak membeli pakaian bekas.

Oleh karena itu, ujarnya, masyarakat dinilai harus lebih cermat dalam mempertimbangkan pemilihan pakaian yang sesuai untuk menjaga kesehatan masing-masing.

"Kami tidak bilang tidak boleh membeli, tetapi masyarakat harus mencegahnya dengan memilih pakaian yang baik untuk kesehatan. Jika sudah terlanjur atau memang hanya mampu menggunakan produk seperti itu, maka sebaiknya pakaian dibersihkan dengan antiseptik atau cairan yang dapat menghindari adanya kemungkinan penularan penyakit," katanya.

Namun demikan, penggunaan antiseptik pun hingga saat ini belum diyakini apakah mampu atau tidak membunuh bakteri atau kuman penyakit yang dapat menular.

Ahyani mengungkapkan pakaian bekas jelas mengancam kesehatan karena dikhawatirkan pengguna sebelumnya dapat menyebarkan penyakit seperti jamur atau penyakit kulit.

Tidak hanya itu, sensitivitas pengguna atau daya tahan tubuh setiap orangpun berbeda, sehingga penularan bakteri penyakit dapat terjadi lebih cepat.

"Belum lagi proses packing dan pengiriman dari awal yang tidak sesuai prosedur sehingga memungkinkan banyaknya kotoran atau bakteri yang masuk. Sebisa mungkin memang tidak boleh menggunakan pakaian bekas karena meminjam saja juga tidak boleh."

Seperti diketahui, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengimbau masyarakat untuk tidak membeli pakaian bekas impor.

Hal ini dilakukan karena berdasarkan hasil uji laboratorium didapati bahwa berbagai bakteri dapat beredar dan membuat kulit terinfeksi atau gatal-gatal hingga terkena penyakit saluran kelamin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper