Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah akan meningkatkan mandatori biodiesel dari 10% menjadi 15% dan 20% untuk menghemat devisa impor solar dan mengerek harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan selama ini kewajiban pencampuran biodiesel dalam solar yang diperjualbelikan di Indonesia hanya 10%. Aturan itu ditetapkan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 20/2014.
"Kita akan mengatur soal penggunaan biofuel dengan target minimum pertama 15%, akan dinaikkan sampai dengan 20%," kata Sofyan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (13/3).
Menurut Sofyan, peningkatan mandatori biodiesel akan menghemat devisa impor lantaran volume impor solar diperkirakan menyusut setara 33 juta ton CPO.
Langkah tersebut dipercaya akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit US$1,88 miliar.
"Di satu pihak akan meningkatkan penggunaan biofuel, dengan demikian akan mengurangi impor, mengurangi penggunaan devisa," ujarnya.
Di sisi lain, penyerapan CPO di dalam negeri diharapkan akan mengurangi pasokan CPO di pasar internasional sehingga indeks harga komoditas ekspor utama Indonesia ini dapat meningkat. Saat ini, harga CPO di Bursa Malaysia berada pada level 2.268 ringgit per ton.
"Harga CPO karena suplai kurang, mudah-mudahan akan terkerek. Dampak yang lain akan bagus bagi lingkungan," tuturnya.
Mandartori biodiesel B15 harus menunggu revisi Permen ESDM No. 20/2014 yang ditargetkan rampung pekan depan.
Adapun implementasinya harus menunggu kontrak dengan PT Pertamina (Persero) untuk selanjutnya digelar tender pengadaan B15.
"Kita wajibkan ini berlaku kepada semua, supaya biofuel dapat berkembang. Ada skemanya industri yang membiayai, kita akan mensubsidi kalau misalnya ada selisih harga," pungkas Sofyan.