Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Program Rehabilitasi Teh Dipertanyakan

Kalangan pegiat teh di Jawa Barat menilai program pemerintah soal rehabilitasi agribisnis teh hingga kini belum terealisasi, hal ini menyebabkan populasi pohon teh tidak memenuhi standar aturan.

Bisnis.com, BANDUNG—Kalangan pegiat teh di Jawa Barat menilai program pemerintah soal rehabilitasi agribisnis teh hingga kini belum terealisasi, hal ini menyebabkan populasi pohon teh tidak memenuhi standar aturan.

Koordinator Forum Sertifikasi Teh Lestari Iyus Supriyatna mengakui pemerintah telah menyiapkan program penyelematan agribisnis teh sejak beberapa tahun lalu hingga sekarang, namun belum terlihat realisasinya di lapangan.

Dia menjelaskan populasi pohon teh di Jabar yang memenuhi standardisasi aturan hanya mencapai 50% sehingga menyebabkan program ini belum efektif.

"Saat ini teh di Jabar saja rata-rata 6.000-7.000 pohon per hektare [ha], sementara standarnya 12.000 pohon per ha. Masih jauh, apalagi dari Vietnam yang sudah sampai 14.000 pohon per ha," ujar Iyus kepada Bisnis, Selasa (17/3).

Iyus melanjutkan kurangnya pohon tersebut akibat banyak batang yang mati karena kemarau yang panjang.

Agar populasi pohon teh memenuhi standar aturan maka harus ada upaya petani untuk menyulamnya.

Menurutnya, saat ini kurangnya jumlah pohon berdampak pada produktivitas perkebunan teh yang masih belum maksimal.

Selain itu, program pembuatan pabrik teh petani di Garut oleh pemerintah beberapa waktu lalu dirasa belum berdampak optimal bagi pertumbuhan kebun teh. Pasalnya pabrik tersebut sampai saat ini belum diperbanyak.

Dia mengatakan pabrik tersebut tadinya dibuat agar hasil teh petani dapat memberi pengaruh yang baik bagi pertumbuhan hasil teh. Karena, hasil teh tersebut dapat langsung tersalurkan ke produsen minuman teh Sariwangi sebagai mitra.

"Harusnya model pengembangan seperti itu terus dikembangkan. Pabrik ini sangat menolong petani, terutama dalam mengelola kepentingan pasar dan kepentingan harga,"ujar Iyus.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper