Bisnis.com, BANDUNG—Asosiasi Teh Indonesia meminta pemerintah terus mengembangkan pasar luar negeri komoditas teh dalam negeri menyusul volume ekspor yang terus merosot.
ATI mencatat volume ekspor teh dari Jabar saja, saat ini hanya mencapai 70.000 ton per tahun, atau menurun 30% sejak 10 tahun lalu yang mencapai 100.000 ton per tahun.
Sekretaris ATI Atik Dharmadi mengatakan turunnya volume ekspor akibat faktor ekonomi global yang terus fluktuatif. Sehingga untuk mendongkrak kembali pasar luar negeri pemerintah harus ikut mendorong pengembangan pasar luar negeri.
“Volume ekspor turun karena harga di tingkat internasional yang tidak bagus,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (31/3).
Atik menjelaskan harga teh jika dikonversi dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di kisaran US$1,9 per kg atau mendekati US$2 per kg. Namun, sekarang hanya berkisar pada US$1,7 per kg.
Dia melanjutkan saat ini upaya tetap terus dilakukan untuk mencapai angka yang pernah diraih dulu salah satunya dengan masih banyaknya peluang pasar di luar yang belum dilirik.
Namun, tanpa adanya bantuan dari pemerintah hal tersebut dikhawatirkan tidak akan terealisasi.
“Artinya peluang pasar masih banyak. Butuh terobosan baru untuk mencari pasar yang baru tersebut,” katanya.
Selain itu, Atik menjelaskan sekitar 15-20 tahun lalu teh dari Jabar banyak diekspor ke Arab Saudi mencapai 20.000 ton per tahun. Namun, seiring berjalannya waktu ekspor teh dari Jabar kian meredup.
“Saat ini ekspor ke Arab untuk 1.000 ton saja susah. Salah satu faktornya yakni persaingan ekspor dengan negara Kenya,” ujarnya.
Koordinator National Reference Group on Tea (NRG) Indonesia Iyus Supriatna mengatakan meningkatnya alih fungsi lahan membuat popularitas produk teh Indonesia menjadi tenggelam di pasar internasional.
Menurutnya, dalam 13 tahun terakhir perkebunan produk teh di Jabar mengalami penurunan sekitar 32.000 hektare (ha), dan otomatis menurunkan produksi.
Saat ini luas perkebunan teh di Jabar tinggal 96.000 ha, menurun dari jumlah sebelumnya yang mencapai sekitar 128.000 ha.
"Turunnya luas perkebunan teh akibat alih fungsi lahan di kawasan pegunungan," ujarnya.
Selain itu, populasi pohon teh rakyat hanya sekitar saat ini hanya mencapai 7.000 pohon, sementara idealnya petani harus memiliki 12.000 pohon.
Iyus menilai diperlukan adanya upaya bersama untuk mengganti areal perkebunan teh yang menyempit, serta pemadatan populasi tanaman secara bertahap.
"Teknologi dan sumber daya alam juga harus dapat ditingkatkan agar kualitas produk teh bisa berdaya saing," katanya
Ekspor Teh Jabar Terus Merosot
Asosiasi Teh Indonesia meminta pemerintah terus mengembangkan pasar luar negeri komoditas teh dalam negeri menyusul volume ekspor yang terus merosot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Adi Ginanjar Maulana, Afif Permana
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
55 menit yang lalu
Makin Tajir, Profil Dewi Kam Perempuan Terkaya Indonesia 2024
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 jam yang lalu
Kemendag Pastikan Minyakita Tidak Kena PPN 12%, tapi 11%
4 jam yang lalu