Bisnis.com, JAKARTA—Bisnis di sektor kaca lembaran dan kaca pengaman tampak baik-baik saja jika yang disoroti adalah level utilisasi produksi.
Ketua III Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman Indonesia (AKLP) Yustinus Gunawan menyatakan jika yang dilihat adalah utilisasi produksi tentu bisnis industri kaca seperti baik-baik saja.
Pasalnya, dari kapasitas produksi kaca lembaran 1,45 juta ton per tahun dan kaca pengaman setara 1,3 juta unit mobil, utilisasi mencapai 85%.
Namun kenyataannya persentase itu disebabkan karena sejatinya pabrik kaca tidak bisa mengurangi produksi secara tiba-tiba.
Tungku yang ada harus tetap menyala sehingga produksi jalan terus.
Dengan kondisi tersebut ditambah permintaan domestik cenderung melemah, selayaknya penjualan ke luar negeri dipergiat.
Yustinus pun mengakui sejalan dengan depresiasi rupiah semestinya dapat dimanfaatkan sebagai momentum menggenjot pendapatan ekspor.
Saat ini 60% dari total penjualan kaca membidik pasar lokal barulah 40% sisanya dijual ke luar negeri. “Untuk ekspor kami masih cari tempat yang prospektif.
Timur Tengah sedang rebut, Eropa lemah, AS lemah, jadi mungkin tidak jauh dari Asia Tenggara,” kata Yustinus, di Jakarta, Rabu (1/4/2015).
Sebetulnya produsen kaca lebih senang menjual di dalam negeri ketimbang ekspor. Penjualan ke luar negeri memerlukan ongkos transportasi lebih mahal.
Tapi bisnis berat di dalam negeripun sehingga memaksa pelaku industri memaksimalkan pasar lain.