Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PETERNAKAN AYAM: Si Besar Harus Tahan Diri, Pemerintah Dirindukan

Para pemain besar harus tahan diri. Jangan bergerak tanpa kendali. Kalau tidak, bahaya kita ... demikian pesan T Zulkarnain, Ketua Umum Asosiasi Peternak Ayam Rakyat Indonesia (Aspari) Sumut, Kamis (30/4/2015).
Peternak unggas mengeluhkan rendahnya harga ayam ras pedaging di tingkat kandang./JIBI
Peternak unggas mengeluhkan rendahnya harga ayam ras pedaging di tingkat kandang./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – “Para pemain besar harus tahan diri. Jangan  bergerak tanpa kendali. Kalau tidak, bahaya kita ...” demikian pesan  T Zulkarnain, Ketua Umum Asosiasi Peternak Ayam Rakyat Indonesia (Aspari) Sumut, Kamis (30/4/2015).

Pernyataan itu menanggapi kondisi industri peternakan saat ini yang memprihatinkan. Harga ayam anjlok, harga DOC anjlok bahkan industri pakan ternak pun cenderung menurun. Ini akibat pasar dilimpahi day old chick (DOC) di atas daya serap. Total kerugian sejak 2013-2015 (Januari-Maret) sudah Rp10 triliun.

Ada kerinduan datangnya pemerintah seperti beberapa waktu lalu. Saat itu, pada 2014, industri perunggasan domestik berkutat dengan persoalan fluktuasi harga ayam ras, harga pakan dan dan ayam umur sehari (DOC=day old chick) yang terbawa oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Pemerintah pun turun tangan di mana Menteri Perdagangan menerbitkan surat Nomor 644/M-Dag/SD/4/2014 untuk memperbaiki harga ayam hidup (live bird) agar peternak tak terus merugi.

Pengaturan dilakukan dengan mengurangi pasokan melalui himbauan kepada perusahaan pembibitan ayam (breeding farm) untuk memangkas produksi DOC 15 %, dan diikuti pengaturanharga DOC menjadi Rp 3,200 per kilogram, untuk jangka waktu terbatas. Langkah itu dimaksudkan agar peternak kecil bertahan hidup. “Saat ini, pemerintah pusat atau daerah belum ada,” ujar Zulkarnain.

Boleh jadi, seperti disinyalir Zulkarnain, pemerintah beranggapan peternakan ini seperti industri dan pemerintah merasa sebagai mediator saja jika ada masalah.

“Pemerintah pun beranggapan, industrilah yang  membenahi dirinya. Padahal, banyak pelakunya peternak rakyat kecil dan mandiri,” katanya.

Pemerintah wajib turun tangan. Terutama menekan perusahaan besar dan PMA yang memperlihatkan ekspansi besar-besaran, sengaja mengguyur DOC berlebih sehingga pasar rusak.  

Apalagi, peristiwa ini, sudah terjadi sejak 2014. Saat itu, Gabungan Perusahaan Perbibitan Unggas (GPPU), memperkiraan produksi DOC Parent Stock (PS)  2014 mencapai 2,5 miliar ekor atau setara 47,2 juta ekor per minggu. Dengan tingkat permintaan DOC sebanyak 45,6 juta ekor per minggu, maka terdapat potensi kelebihan pasokan 1,6 juta ekor per minggu.

Kondisi ini pun diperkirakan akan mempengaruhi pasar DOC di dalam negeri dan keberlangsungan hidup peternak kecil, yang amat tergantung pada peternak besar dan breeding farms.

“Urusan pertanian bukan hanya mengurusi beras. Masih banyak yang lain termasuk peternakan rakyat,” ujar Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), FX Sudirman.

BACA JUGA


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper