Bisnis.com, MALANG - Pakar marketing yang juga Founder and CEO of MarkPlus Inc, Hermawan Kartajaya, mengatakan pada 2015 Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Dengan dimulainya integrasi ekonomi tersebut menurut Hermawan Indonesia harus mampu bersaing secara kompetitif dengan pelaku bisnis dari kawasan Asia lain dengan WOW Marketing dan WOW Leadership.
“Wow marketing menjelaskan bagaimana perusahaan sebagai brand berada dalam level engagement dengan konsumennya,” kata Hermawan dalam Kuliah Umum Opportunity & Challenge For Future Business:How Leaders Are Created & Trasformed di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) Malang, Senin (18/5/2015).
Sehingga tidak hanya menjual sebagai komoditi tetapi bagaimana konsumen dapat menjadi loyalist dan advocate. Sementara WOW Leadership menjelaskan bagaimana seorang pemimpin bisnis harus menguasai enam aspek agar dapat memimpin perusahaannya dengan baik yakni aspek intelektual, emosional, kemampuan sosial, kepribadian dan aspek moral.
Pada kesempatan tersebut Hermawan juga menyinggung soal keberadaan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam menghadapi MEA 2015. UKM dituntut untuk punya interconnected.
“UKM harus punya jiwa entrepreneur yang kuat jangan minta-minta terus. Minta modal, minta pelatihan, namun dituntut kreatif, produktif, inovatif dan mau kerjasama dengan siapa saja,” jelas dia.
Hermawan memberi contoh di Solo ada martabak jalanan yang terkenal dengan delapan rasanya. Namun setelah dilirik oleh Gibran, putra Presiden Jokowi, martabak delapan rasa tersebut lantas dibiayai dan dibuatkan gerai dan sejauh ini sudah di delapan kota.
Selanjutnya oleh Gibran pemilik martabak delapan rasa tersebut diapreasiasi melalui saham. Kondisi ini memperlihatkan jika UKM yang mampu menunjukkan kreatif dan produktifitas yang bagus akan dilirik orang untuk dibiayai seperti yang dilakukan oleh Gibran.
Sedangkan di bidang pariwisata, Bali lanjut Hermawan, tetap menjadi destinasi wisata nomor satu di Indonesia. Hal itu tidak terlepas dari sejumlah faktor utamanya menyangkut faktor culture, nature dan culinary yang sudah diakui dunia.
“Karena untuk menjadi destinasi wisata tidak hanya memiliki gunung namun jalan dengan kondisi yang bagus bukan berlubang, hotel, makanan yang sehat dan yang penting masyarakat bisa menerima kehadiran orang asing,” ujarnya.
Dengan dimulainya integrasi ekonomi tersebut menurut Hermawan Indonesia harus mampu bersaing secara kompetitif dengan pelaku bisnis dari kawasan Asia lain dengan WOW Marketing dan WOW Leadership.
“Wow marketing menjelaskan bagaimana perusahaan sebagai brand berada dalam level engagement dengan konsumennya,” kata Hermawan dalam Kuliah Umum Opportunity & Challenge For Future Business:How Leaders Are Created & Trasformed di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) Malang, Senin (18/5/2015).
Sehingga tidak hanya menjual sebagai komoditi tetapi bagaimana konsumen dapat menjadi loyalist dan advocate. Sementara WOW Leadership menjelaskan bagaimana seorang pemimpin bisnis harus menguasai enam aspek agar dapat memimpin perusahaannya dengan baik yakni aspek intelektual, emosional, kemampuan sosial, kepribadian dan aspek moral.
Pada kesempatan tersebut Hermawan juga menyinggung soal keberadaan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam menghadapi MEA 2015. UKM dituntut untuk punya interconnected.
“UKM harus punya jiwa entrepreneur yang kuat jangan minta-minta terus. Minta modal, minta pelatihan, namun dituntut kreatif, produktif, inovatif dan mau kerjasama dengan siapa saja,” jelas dia.
Hermawan memberi contoh di Solo ada martabak jalanan yang terkenal dengan delapan rasanya. Namun setelah dilirik oleh Gibran, putra Presiden Jokowi, martabak delapan rasa tersebut lantas dibiayai dan dibuatkan gerai dan sejauh ini sudah di delapan kota.
Selanjutnya oleh Gibran pemilik martabak delapan rasa tersebut diapreasiasi melalui saham. Kondisi ini memperlihatkan jika UKM yang mampu menunjukkan kreatif dan produktifitas yang bagus akan dilirik orang untuk dibiayai seperti yang dilakukan oleh Gibran.
Sedangkan di bidang pariwisata, Bali lanjut Hermawan, tetap menjadi destinasi wisata nomor satu di Indonesia. Hal itu tidak terlepas dari sejumlah faktor utamanya menyangkut faktor culture, nature dan culinary yang sudah diakui dunia.
“Karena untuk menjadi destinasi wisata tidak hanya memiliki gunung namun jalan dengan kondisi yang bagus bukan berlubang, hotel, makanan yang sehat dan yang penting masyarakat bisa menerima kehadiran orang asing,” ujarnya.