Bisnis.com, JAKARTA – Penerimaan dari pos pajak atas konsumsi – pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) – diproyeksikan kurang dari 90% dari target APBNP 2015 Rp576,5 triliun.
Dirjen Pajak Sigit Priadi Pramudito mengatakan outlook tersebut sudah akan menjadi capaian maksimal di tengah kondisi perekonomian yang masih tumbuh melambat. Apalagi, beberapa konsumsi barang seperti produk otomotif, rokok, dan rumah menunjukkan angka penurunan.
“Enggak bisa [digenjot] lagi, itu mentok karena kondisi ekonominya seperti ini. Lihat saja pejualan mobil lebih sedikit dibandingkan tahun lalu,” ujarnya seusai menghadiri rapat kerja laporan semester I dengan Banggar DPR, Rabu (1/7).
Terkait kebocoran PPN dari faktur pajak fiktif, lanjutnya, sebenarnya tidak terlalu besar dari total penerimaan pos ini. Menurutnya, angka kebocoran dari faktur fiktif – yang sekarang mulai diantisipasi dengan faktur elektronik – hanya sekitar 5% dari keseluruhan penerimaan PPN.
Di depan Banggar, pemerintah menyampaikan proyeksi penerimaan pajak dari pos tersebut pada semester I/2015 senilai Rp183,7 triliun atau hanya 31,9% dari target APBNP. Angka itu masih melambat dengan pertumbuhan hanya tumbuh 0,5% dibandingkan capaian tahun lalu Rp182,7 triliun.
Atas estimasi capaian tersebut, outlook penerimaan negara dari sisi perpajakan (termasuk bea dan cukai) hanya mencapai 92% dari pagu Rp1.489,3 triliun. Sigit berujar outlook 92% itu juga berlaku di penerimaan pajak yang menjadi tanggung jawab Ditjen Pajak (DJP).
Dengan demikian, tahun ini shortfall – selisih antara realisasi dengan target – pajak (minus PPh migas) bisa nyaris Rp100 triliun atau kembali mencetak rekor tertinggi setelah tahun lalu juga mencatatkan rekor di level Rp94 triliun.
Sigit berujar realisasi 92% tersebut di luar kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) yang saat ini masih dalam pembahasan.
Sigit sendiri juga masih ragu kebijakan itu bisa berlangsung tahun ini karena hingga saat ini masih sekitar 30% dari beberapa pihak, termasuk beberapa aparat penegak hukum.
Dari pos pajak penghasilan (PPh) nonmigas, sambung dia, capaian akhir tahun masih bisa berada di level 95% dari target APBNP 2015 Rp629,8 triliun.
Pada paruh pertama tahun ini, pos PPh nonmigas diproyeksi mencatatkan penerimaan Rp263,1 atau 41,8% dari pagu. Capaian itu tumbuh sekitar 15% dari capaian semester I/2014 senilai Rp228,2 triliun.
Sigit mengungkapkan penggenjotan penerimaan PPh nonmigas tahun ini lebih banyak dipengaruhi program reinventing policy yang menjadi bagian dari Tahun Pembinaan Pajak. Selain itu, upaya dari sisi pemeriksaan dan penagihan rutin juga berpengaruh.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku performa penerimaan dari PPN kuartal II masih sangat sulit tumbuh signifikan.
Kendati demikian, pihaknya masih cukup optimistis akan peningkatan performa dari pajak atas konsumsi tersebut karena otoritas pajak akan menerapkan faktur pajak elektronik untuk Jawa dan Bali.
Penerimaan PPN Bisa di Bawah 90%
Penerimaan dari pos pajak atas konsumsi pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) diproyeksikan kurang dari 90% dari target APBNP 2015 Rp576,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Kurniawan A. Wicaksono
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
16 jam yang lalu
Kala Squid Game 2 Bikin Saham-Saham Korea Melorot
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 jam yang lalu