Bisnis.com, JAKARTA –Perlemahan harga minyak dunia yang masih terus berlanjut dan peningkatan produksi minyak nabati di beberapa negara ditengarai menjadi penyebab utama menurunnya permintaan ekspor biodiesel nasional sepanjang paruh pertama tahun ini.
Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Master Parulian Tumanggor menyampaikan sepanjang paruh pertama tahun ini ekspor biodiesel anjlok signifikan.
“Tahun lalu pada periode Januari-Juni itu ekspor biodiesel nasional mencapai 800.000 kilo liter. Di periode yang sama tahun ini, ekspornya hanya mencapai 180.000 kilo liter,” terang Tumanggor selepas menggelar pasar minyak goreng murah di Cilincing, Jakarta, akhir pekan lalu.
Tumanggor menjelaskan lemahnya permintaan global disebabkan terutama oleh meningkatnya produksi minyak nabati yang berasal dari selain sawit, di sejumlah negara konsumsi. Tumanggor mencatat beberapa negara tengah memanen bahan baku minyak nabati seperti rypseed, kedelai, dan biji bunga matahari.
“Hal tersebut menyebabkan mereka lebih memilih memproduksi minyak nabati dari hasil panen tersebut,” kata Tumanggor.
Tumanggor menambahkan situasi diperburuk harga minyak dunia yang terus melandai sejak pertengahan tahun lalu, sehingga secara langsung mengerek turun harga bahan bakar solar.
“Faktor lain yang menjadi sebab menurunnya ekspor yaitu permintaan biodiesel yang turun drastis karena harga solar tengah turun sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengonsumsi solar dari pada biodiesel,” jelas Tumanggor.
Sebelumnya, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menyampaikan permintaan CPO Indonesia secara umum memang menunjukkan penurunan terutama karena anjloknya permintaan India.
Derom menerangkan saat ini salah satu konsumen CPO terbesar yaitu India tengah menikmati menurunnya harga minyak dunia dengan meningkatkan impor minyak kedelai karena harganya tidak lagi berbeda signifikan dengan CPO.