"Kalau ke APBN tidak akan signifikan karena Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pasti naik, tapi kewajiban pembayaran utang dalam dolar juga naik. Tapi ini bakal terkompensasi. APBN kita sudah lebih aman dibanding sebelum ada subsidi BBM. Jadi buat APBN enggak mengkhawatirkan," kata Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Suahasil Nazara di Gedung Djuanda Kementerian Keuangan, Selasa (11/8/2015) malam.
Pemerintah Klaim Perlemahan Rupiah Tak Pengaruhi APBN
Pemerintah mengklaim perlemahan rupiah tidak akan berdampak besar terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) , meski diakui ada analisis sensitivitas perubahan kurs terhadap APBN dan deviasinya pada semester I/2015 sudah Rp500 lebih dari target APBN.
Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah mengklaim perlemahan rupiah tidak akan berdampak besar terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) , meski diakui ada analisis sensitivitas perubahan kurs terhadap APBN dan deviasinya pada semester I/2015 sudah Rp500 lebih dari target APBN.
Depresiasi kurs rupiah ini, lanjutnya, justru bisa dimanfaatkan untuk bisa mendorong daya saing produk barang ekspor Indonesia karena harga yang lebih murah.
"China juga mendevaluasi mata uangnya juga, jadi bisa juga menurunkan harga barangnya untuk mendorong kompetitiveness. Pelemahan rupiah juga bisa mendorong daya saing sehingga bisa menjual barang ekspor lebih murah," katanya.
Suahasil menegaskan perang mata uang ini tidak boleh terjadi. Pasalnya, fenomenanya penguatan dolar AS ini tidak hanya melemahkan mata uang rupiah saja tetapi juga melemahkan hampir seluruh mata uang dunia.
China, lanjutnya, merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Kebijakan di China tentu akan berdampak pada perekonomian dunia termasuk Indonesia."Ini tidak boleh terjadi perang kurs."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Yanita Petriella
Editor : Bastanul Siregar
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
13 jam yang lalu