Bisnis.com, SURABAYA--Di tengah kemarau yang melanda, perkebunan tebu menjadi tumpuan di sektor agribisnis Jawa Timur. Hal itu dibuktikan oleh optimime PT Perkebunan Nusantara X yang tidak mengoreksi target produksinya sebesar 507.000 ton gula sepanjang 2015 dengan rendemen 8,29%.
Direktur Utama PTPN X Subiyono mengatakan perusahaan melalui 11 pabrik gula di Jawa Timur telah memproduksi 144.145 ton gula per 31 Juli. Adapun, pabrik gula (PG) Pesantren Baru di Kediri mencatatkan kadar gula dalam tebu atau rendemen tertinggi di Indonesia, mencapai 8,09%.
"Dengan kinerja yang bagus di 11 Pabrik Gula di bawah naungan PTPN X, kami optimis capai target 507.000 ton gula di penghujung tahun," katanya saat ditemui Bisnis, belum lama ini.
Dia memerinci, produktivitas lahan yang dikelola perusahaan hingga akhir juli mencapai 82,64 ton tebu per hektar. Jumlah ini diklaim melampaui target 2015 sebesar 81,6 ton tebu per hektar.
Sementara itu, tebu yang telah digiling mencapai 2,016 juta ton dari target 6,11 ton hingga akhir musim panen November mendatang. "Semua indikator menunjukkan tren positif. Sisanya tinggal dikebut supaya target tercapai," tuturnya.
Untuk memenuhi patokan target, PTPN X mengoptimalkan kapasitas giling di sejumlah pabrik gula. Adapun, pabrik gula yang telah selesai program kapasitas giling antara lain PG Kremboong Sidoarjo dari 1.500 ton tebu per hari atau ton cane per day (TCD) menjadi 2.400 TCD dan PG Tjoekir Jombang dari 3.600 TCD menjadi 4.200 TCD. Selain itu, PG Djombang Baru di Jombang kapasitasnya diubah dari 2.400 TCD ke 3.000 TCD.
Perusahaan juga mengganti perlatan dan melakukan elektifikasi delapan PG yang tersebar di Mojokerto, Sidoarjo, Kediri, Jombang, Tulungagung dan Nganjuk. "Peningkatan kapasitas dan elektrifikasi yang telah kami lakukan menelan biaya Rp1,44 triliun," imbuhnya.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN X Moch. Sulton berujar peningkatan kapasitas dan elektrifikasi berdampak terhadap efisiensi pabrik gula. Pasalnya, tingkat efisiensi perusahaan telah mengalami kenaikan dari 75% ke 85%.
"Kami ingin seperti pabrik gula di India yang tingkat efisiensinya dari dulu sudah 85%," tambahnya.
Di samping itu, perusahaan juga bisa menekan biaya pokok produksi gula dari Rp6.543 per kilogram menjadi Rp6.017 per kilogram.