Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengrajin Tempe-Tahu Mengeluh ke Menperin

Pelaku usaha tempe dan tahu mengeluhkan minimnya pendampingan pemerintah dalam memberikan bantuan permesinan dan kebijakan guna mendorong peningkatan daya saing industri.
Pelaku usaha tempe dan tahu mengeluhkan minimnya pendampingan pemerintah dalam memberikan bantuan permesinan dan kebijakan guna mendorong peningkatan daya saing industri./JIBI
Pelaku usaha tempe dan tahu mengeluhkan minimnya pendampingan pemerintah dalam memberikan bantuan permesinan dan kebijakan guna mendorong peningkatan daya saing industri./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha tempe dan tahu mengeluhkan minimnya pendampingan pemerintah dalam memberikan bantuan permesinan dan kebijakan guna mendorong peningkatan daya saing industri.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan dengan tantangan daya saing industri, pengrajin tempe dan tahu yang diperkirakan mencapai 115.000 pelaku membutuhkan sarana permesinan yang layak.

Menurutnya, dengan model produksi saat ini, hasil produksi kurang berdaya saing, akhibat kekhawatiran tingkat kebersihan sarana produksi. Kami minta bantuan, agar menghadapi MEA lebih siap. Menteri Perindustrian akan beri bantuan, tetapi akan dilihat dulu dimana saja lokasinya, tuturnya seusai bertemu Menteri Perindustrian Saleh Husin, Senin (31/8/2015).

Saat ini, pencucian kedelai diberbagai sentra kerajinan masih menggunakan drum bekas. Untuk itu pihaknya meminta pemerintah memberikan bantuan dengan pembuatan teknologi penyucian sederhana.

Selain itu, dengan situasi menguatnya dolar Amerika Serikat, dikhawatirkan harga kedelai impor juga ikut melambung. Pasalnya, harga impor senilai Rp7.000 sementara harga kedelai lokal berkisar Rp7.700 per kilogram.

Kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,5 juta ton, sementara impornya mencapai 2 juta ton. Untuk diproduksi menjadi tempe dan tahu, setidaknya dibutuhkan 1,8 juta ton per tahun.

90% kami pakai kedelai impor, bukan pasokan memang kurang. Selain itu, karena kelemahan kedelai lokal adalah masalah standar, karena perbandingannya kalau pakai impor 1kg bisa jadi 1,8 kg tempe, sedangkan untuk lokal hanya bisa jadi 1,5 kg, katanya.

Pihaknya mengakui, harga kedelai lokal memang lebih murah, dan menguntungkan pengrajin. Akan tetapi dari sisi petani sungguh tidak menguntungkan, maka dari itu hasil panen kedelai juga minim.

Gakoptindo menilai, andai saja Peraturan Presiden No 32/2013 tentang Penugasan Kepada Perusahaan Umum Bulog Untuk Pengamanan Harga dan Penyaluran Kedelai diimplementasikan penggunaan kedelai lokal akan terdongkrak.

Dua minggu lalu Presiden juga sudah memberikan instruksi untuk memberikan jalan terbaik bagi petani dan pengrajin. Kami pikir implementasi dari Perpres tersebut dapat dijalankan, tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper