Bisnis.com, JAKARTA - Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menginginkan delegasi Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB di Paris untuk mendesak negara-negara investor agar tidak lagi mencemari kawasan pesisir dan laut Indonesia.
"Presiden Jokowi bisa melakukan negosiasi meminta kepada negara-negara investor di Indonesia untuk tidak melakukan aktivitas industri yang merusak dan mencemari ekosistem pesisir dan laut," kata Sekretaris Jenderal Kiara Abdul Halim, Senin (30/11/2015).
Menurut Abdul Halim, bagian dari desakan untuk tidak mencemari pesisir juga mencakup adanya rencana reklamasi di kawasan pantai Jakarta.
Dia menegaskan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terburu-buru mengatakan reklamasi dibolehkan seperti untuk pembangkit listrik dan pelabuhan umum.
"Mestinya dicek terlebih dahulu apakah masyarakat pesisir menerima manfaat atau justru lebih banyak merugikan seperti yang terjadi selama ini," ucapnya.
Dia mengatakan Indonesia seharusnya mendesak negara-negara peserta konferensi untuk menghentikan aktivitas pencurian ikan di kawasan perairan nusantara.
Abdul Halim mengingatkan, aktivitas ilegal itu mengakibatkan hilangnya akses masyarakat kepada sumber pangannya.
Untuk itu, Sekjen Kiara menginginkan delegasi yang dipimpin Presiden Jokowi untuk mendorong praktik pemanfaatan sumber daya ikan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Dia juga mengemukakakan agar Presiden mengajak negara-negara maju untuk bekerja sama di bidang teknologi yang berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca.
Sebagaimana diberitakan, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim menyatakan perubahan iklim mengancam seluruh kehidupan di Bumi, sehingga para pemimpin dunia yang bakal berkumpul di Konferensi Perubahan Iklim PBB di Paris 30 November 2015, diharapkan mengambil langkah yang tepat.
Jim Yong Kim dalam kapasitasnya sebagai Presiden Bank Dunia juga akan bergabung dalam konferensi itu dan mengutarakan harapannya agar ada perjanjian ambisius guna mengatasi perubahan iklim yang terus mengancam.
Hal itu, ujarnya, akan dapat melestarikan planet yang kita tinggali sekarang ini tidak hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga untuk generasi anak dan cucu kita.
"Perubahan iklim adalah ancaman besar kepada kita semua, merusak stabilitas dan perdamaian karena menekan akses kepada air dan ketahanan pangan, serta mengakibatkan kerentanan terhadap badai dan gelombang panas," katanya.
Salah satu isu yang bakal dibahas di Paris antara lain adalah upaya memobilisasi dana hingga US$100 miliar per tahun bagi negara-negara berkembang pada 2020.