Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Persatuan Pedagang Ayam Bandung Yoyo Sutarya mengatakan dalam sepekan terakhir harga jual daging ayam terkerek menjadi Rp32.000-34.000 per kg dari sebelumnya Rp28.000-30.000 per kg. Melonjaknya harga jual telah menyebabkan penjualan menjadi sepi.
"Sebenarnya kalau untuk Natal itu tidak besar pengaruhnya terhadap harga. Karena yang dicari adalah harga ayam kampung. Ini lebih disebabkan adanya liburan sekolah yang memang waktunya lama," katanya,.
Menurutnya, berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya setiap libur sekolah ini ada kenaikan permintaan di masyarakat hingga 2%. Momen tersebut diharapkan mampu mendorong keuntungan bagi pedagang dan tidak memberatkan konsumen.
Karena berdasarkan informasi yang diterimanya, kenaikan harga tersebut dikeluhkan oleh para para pedagang olahan daging ayam seperti mie dan bubur ayam. Karena mereka kesulitan menaikan harga jual.
"Biasanya harga akan kembali turun setelah tahun baru. Saya sarankan sebaiknya pemerintah turun tangan agar harga bisa kembali stabil. Karena dengan naiknya harga tidak menguntungkan pedagang," ujarnya.
Disinggung mengenai pasokan, dia memastikan tidak ada kendala. Karena peternak pun tidak kesulitan dalam mendapatkan DOC yang saat ini harganya berada di kisaran Rp4.500 per ekor.
Komoditas lainnya juga mengalami kenaikan seperti telur ayam ras dan telur ayam kampung. Sebelumnya, telur ayam ras dijual dengan harga Rp1.500, kini naik menjadi Rp2.000 per butir.
Kementerian Pertanian menyatakan rencana untuk menyusun patokan harga maksimal untuk bibit ayam umur sehari (day old chicken/DOC). Penetapan harga patokan DOC akan mengatur harga pokok penjualan ayam. Selanjutnya, harga itu akan menjadi harga referensi untuk menstabilkan harga ayam di tingkat peternak dan konsumen. Diharapkan dalam waktu dekat patokan harga itu bisa diterbitkan.