Tepat pada 1 Desember 2015, Managing Director IMF Christine Lagarde mengumumkan bahwa yuan berhasil memenuhi kriteria IMF untuk masuk SDR. Yuan akan memiliki bobot 10,92% dalam keranjang SDR baru, sedangkan bobot masing-masing mata uang lainnya dalam keranjang adalah 41,73% untuk dolar AS, 30,93% untuk euro, 8,33% untuk yen Jepang, serta 8,09% untuk pound sterling Inggris.
Meskipun janji China tersebut masih meragukan, karena data ekonominya yang tertutup dan sulit diprediksi, devaluasi lanjutan diperkirakan tidak akan muncul kembali. Utamanya setelah, laju pertumbuhan di akhir tahun diprediksi akan mencapai 7% atau sesuai target.
Sementara itu, melihat adanya indikasi China tersebut AS melalui The Fed, akhirnya sepakat menaikkan suku bunga acuannya pada 16 Desember 2015. Tekanan dari negara berkembang atas ketidakpastian The Fed dan juga indikasi perbaikan data ekonomi domestik, membuat Yellen akhirnya menaikkannya ke posisi 0,25%-0,50%. Meskipun kenaikan suku bunga acuan tersebut menimbulkan gejolak lanjutan di negara berkembang.
Namun, setidaknya kepastian inilah yang ditunggu oleh bank sentral di negara berkembang. Seperti diketahui, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, dan Uni Eropa adalah negara-negara yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuan domestiknya sepanjang 2015 ini, demi menunggu kepastian The Fed.