Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Wanti-wanti Tumpukan Tetes Tebu Dapat Picu Ledakan

Petani tebu khawatir tumpukan molase picu ledakan akibat fermentasi gas. APTRI desak tunda kebijakan impor untuk cegah risiko lingkungan dan ekonomi.
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen saat ditemui seusai Seminar Ekosistem Gula Nasional di Jakarta, Rabu (27/8/2025). —Bisnis/Rika Anggraeni
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen saat ditemui seusai Seminar Ekosistem Gula Nasional di Jakarta, Rabu (27/8/2025). —Bisnis/Rika Anggraeni
Ringkasan Berita
  • Petani tebu mengkhawatirkan tumpukan molase yang disimpan terlalu lama dapat memicu ledakan akibat fermentasi yang menghasilkan gas.
  • Ketua APTRI, Soemitro Samadikoen, menyoroti risiko lingkungan dan ekonomi dari molase yang tidak terjual dan menumpuk.
  • APTRI mendesak penundaan implementasi Permendag 16/2025 untuk mengevaluasi dampak kebijakan impor terhadap industri gula nasional.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Petani tebu mengkhawatirkan tumpukan molase alias tetes tebu dalam jumlah besar yang disimpan terlalu lama di dalam tangki. Menurut mereka, hal tersebut dapat memicu kecelakaan industri, bahkan peristiwa ledakan.

Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan tetes tebu bisa berubah bentuk dari semula benda cair menjadi benda padat, dan bisa mengandung zat kimia. Padahal, tetes tebu bisa dipakai untuk bahan makanan seperti untuk monosodium glutamat (MSG).

Soemitro mengkhawatirkan, jika tetes tebu tidak segera dikeluarkan dari tangki penyimpanan akan mengalami fermentasi akibat tingginya kandungan gula menjadi gas. 

Adapun jika gas hasil fermentasi terus menumpuk tanpa ada sirkulasi udara atau pengamanan yang memadai, tekanan dalam tangki bisa meningkat dan menyebabkan ledakan.

“Dia [molase] bisa berubah sifatnya. Sudah berfermentasi dan itu bahkan kalau itu tidak segera ditangani, dikeluarkan, itu bisa meledak. Kalau meledak bisa juga terjadi pencemaran lingkungan,” kata Soemitro dalam Seminar Ekosistem Gula Nasional di Jakarta, Rabu (27/8/2025). 

Dia menjelaskan, ketika tetes tebu tidak laku atau tidak bisa dijual bisa menimbulkan risiko lingkungan yang serius.

“Jadi dampak tidak bisa terjualnya molase [tetes tebu] itu lebih berbahaya tidak hanya secara ekonomis, pada lingkungan juga bisa berdampak kurang bagus,” terangnya.

Di samping itu, imbas molase yang menumpuk dan tidak laku, pabrik bisa menghentikan penggilingan tebu yang pada akhirnya merugikan petani dan mengancam program swasembada gula nasional, meski produksi tebu di tahun ini akan meningkat.

Untuk itu, APTRI mendesak Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso untuk menunda implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 16 Tahun 2025 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor (Permendag 16/2025) dan kembali memberlakukan Permendag 8/2024 sebagai langkah transisi, sembari dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap dampak kebijakan impor tersebut.

“Tidak apa-apa itu diadakan peninjauan kembali, asal itu ada alasannya. Nah alasannya sekarang sudah cukup. Tinggal waktunya ini. Tunda dulu lah, jangan tanggal 29 itu besok lusa ya,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro