Bisnis.com, JAKARTA - Pengembangan sumber daya manusia dan manajemen pengetahuan di dalam organisasi merupakan kunci keberlanjutan bisnis, terutama dengan mulai diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2016. Jika hal ini diabaikan, anak bangsa akan menjadi penonton di negeri sendiri.
Demikian dikatakan Pontas Romulo Tambunan, Presiden Direktur PT Kilat Wahana Jenggala (KWJ), sekaligus sebagai salah seorang kandidat yang akan bertarung dalam pemilihan Ketua Umum Iakana alumni (IA) ITB periode 2016-2020.
“MEA sebagai pasar tunggal Asean dan basis produksi internasional dengan aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal memang menantang. Namun, jika sumber daya manusia kita tidak kompetitif, maka kita akan lebih banyak menjadi penonton di negeri sendiri,” kata Pontas, dalam keterangan tertulis, Senin (18/1/2016).
Sebagai alumni Teknik Pertambangan ITB, Pontas mengaku mengidamkan akan banyak lahir teknopreneur- teknopreneur andal yang tidak hanya tangguh dalam berkompetisi, tetapi juga memajukan teknologi dan industri nasional serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
Menurut Pontas, salah satu sektor yang harus diperhatikan adalah sektor energi. Selain sektor pangan, ucapnya, sektor energi merupakan pendukung utama jalannya peradaban.
"Kemajuan suatu bangsa membutuhkan dukungan ketersediaan energi. Dilihat dari ketersediaan dan produksi energi, Indonesia termasuk salah satu lumbung energi dunia. Namun, kita belum berdaulat penuh atas sumber daya energi yang dimiliki,” kata Pontas.
Pemerintahan Joko Widodo sendiri, lanjut Pontas, memiliki agenda penting di sektor energi, mulai dari menjamin ketersediaan energi sampai meningkatkan elektrifikasi. Hal tersebut membutuhkan kontribusi dari dari para technopreneur nasional yang handal.
“Sektor energi harus dikuasai oleh anak bangsa. Apalagi pada sisi investasi, MEA menciptakan iklim yang mendukung masuknya modal asing, yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia, bahkan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia,” kata Pontas
Berangkat dari latar belakang teknik dan berkecimpung dalam bidang energi, Pontas berkeinginan untuk mampu mendorong dan melahirkan technopreneur yang kompetitif dan futuristik di bidang energi melalui IA ITB.
Pontas akan mengusung semangat kemitraan untuk meningkatkan partisipasi dan peranan alumni untuk memberikan yang terbaik bagi almamater, masyarakat, serta kemanusiaan.
Meskipun peran dominan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tanggungjawab milik pemerintah, bukan berarti seluruh tanggung jawab berada di tangan pemerintah. Justru sebaliknya, perlu kesadaran bahwa efek dari MEA akan dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Karena itu, kerja sama antara alumni, akademisi, industri, dan pemerintah akan membuat Indonesia siap untuk menghadapi era persaingan bebas seperti saat ini," kata Pontas.
Pontas sendiri sudah berkecimpung di bidang energi. PT KWJ miliknya merupakan distributor tunggal Hubbell Power Systems (USA) di Indonesia merupakan wujud dari dukungan terhadap kebijakan kelistrikan nasional dalam mendukung produksi dalam negeri.
Sebagai alumni pertambangan angkatan 1990, Pontas merupakan calon termuda dalam bursa pemilihan Ketua Umum IA-ITB.
Ia akan bersaing dengan Riza Falepi (Wali Kota Payakumbuh) Ridwan Djamaluddin (Kemenko Kemaritiman dan Sumberdaya), dan Hiramsyah S. Thaib (CEO PT Teknologi Riset Global).
Adapun, kongres I IA – ITB pada 1987 terpilih Cacuk Sudaryanto sebagai ketua umum pertama. Kemudian, Laksamana Sukardi (2002), Hatta Rajasa (2007), dan Sumaryanto (2011).