Bisnis.com, BEKASI – Pelaku industri farmasi berbasis herbal menyatakan bahwa Indonesia perlu mengembangkan lebih banyak lagi produk fitofarmaka dengan memanfaatkan potensi kekayaan alam Indonesia yang sangat besar.
Fitofarmaka adalah obat berbahan dasar alam yang setara dengan obat modern lainnya karena proses pembuatan yang terstandar. Standar di sini berarti ditunjang dengan bukti ilmiah, hingga melalui proses uji klinis pada manusia.
Direktur Eksekutif Dexa Laboratories Biomolecular Sciences (DLBS) Raymond R Tjandrawinata mengatakan bahwa pemanfaatan bahan baku natural untuk obat dapat mengurangi porsi impor bahan baku obat berbasis kimia yang saat ini mendominasi.
“Kita itu memiliki kekayaan biodiversitas terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Tapi kita hanya punya tujuh fitofarmarka,” ujarnya, Rabu (27/1/2016).
Dia mengatakan bahwa saat ini pemerintah telah mengidentifikasi 1.740 spesies tanaman obat dari 13.576 nama daerah tanaman obat.
Selain itu, Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan yang 940 spesies di antaranya berkhasiat sebagai obat.
General Manager Consumer Health Dexa Andrew Sulistya mengatakan bahwa prospek obat herbal di Asean juga cukup baik.
Dia mencontohkan bahwa di Filipina dan Malaysia, obat batuk herbal dapat mengimbangi obat batuk kimia. Cukup jauh di banding Indonesia yang hanya berkisar 5%-10%.
“Tapi Indonesia sudah mengarah ke sana. Pasar sudah mulai mengerti. Kementerian Kesehatan juga sudah mengarahkan ke sana,” katanya.