Bisnis.com, MANGUPURA--Ketua MPR Zukifli Hasan menyatakan dukungannya terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa sepanjang analisis dampak lingkungan atau amdalnya bagus dan sesuai kajian.
Menurutnya, apabila bagus amdalnya dan akan membuat kemajuan bagi Bali maka wajib didukung, meskipun rencana ini mendapat penolakan dari masyarakat.
Dia membandingkan reklamasi di Dubai Uni Emirat Arab, dan Singapura yang memberikan dampak positif terhadap negara tersebut. Dua negara tersebut terkenal karena reklamasinya, dan bahkan luasan Singapura bertambah luas setelah mengambil pasir dari Indonesia.
"Reklamasi kalau bagus ya buat kemajuan kenapa tidak? Saya tiga hari di Dubai habis umroh, itu yang datang 77 juta lebih, bayangkan? Saya pergi ke Palem Beach indah sekali," tuturnya di Kampus Politeknik Negeri Bali di Jimbaran, Senin (1/2/2016).
Mantan Menteri Kehutanan di era SBY ini menekankan berkat amdal yang bagus reklamasi di Singapura dan Dubai mampu memberikan dampak positif.
Dia mengaku juga mendengar reklamasi di Jakarta dan bagus sepanjang tujuannya baik daripada mendiamkan terjadinya sedimentasi.
Dia menegaskan agar tidak berpuas diri dengan kondisi sekarang ini, meskipun Bali sudah dikenal ke seluruh dunia. Menurutnya, Indonesia tidak bisa berpuas diri dengan jumlah kunjungan wisman yang ditargetkan pada 2019 mencapai 20 juta orang. Pasalnya, Singapura saja sudah 50 juta wisman, dan Dubai mencapai 77 juta wisman.
"Bali sekarang memang sudah bagus, tetapi jangan stuk dong, harus ada sesuatu yang baru yang mendunia tapi perhatikan amdalnya, kalau amdalnya belum ada ya tunggu dulu," kata dia.
Disinggung mengenai status amdal untuk Teluk Benoa, Zulkifli menyerahkan masalah tersebut kepada tim ahli lingkungan yang lebih paham.
Hingga saat ini rencana reklamasi Teluk Benoa masih dalam proses pembahasan amdal. Sebelumnya, dalam dokumen yang dipaparkan PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) kepada tim kajian amdal dari pusat terungkap bahwa dari total lahan yang direvitalisasi seluas 638 Ha, seluas 332,9 Ha akan dimanfaatkan untuk residensial.
Adapun sisanya, 127,5 Ha untuk taman kota, 48,8 Ha infrastruktur, 44,4 Ha komersial, 26,6 , vila dan hotel, taman rekreasi 35,2 Ha, dan hanya 22,6 , untuk fasilitas umum. Nantinya, seluruh fasilitas tersebut akan dibangun di atas 12 pulau, termasuk revitalisasi Pulau Pudut.
Diperkirakan sebanyak 210.806 orang tenaga kerja, yang minimal 75% berasal dari lokal akan terserap apabila proyek ini terealisasi. Perwakilan TWBI mengungkapkan masalah di Teluk Benoa saat ini adalah sedimentasi yang terus meningkat setiap tahunnya, dan sampah sehingga pihaknya berniat menjadikan sebagai kawasan yang mendunia.
Namun, rencana ini ditentang 12 desa adat di pesisir Teluk Benoa, mulai dari Tanjung Benoa hingga Kuta, karena menilai daerah tersebut merupakan kawasan suci dan berpotensi mengganggu usaha masyarakat yang sudah berjalan.
Bendesa Adat Kuta I Wayan Swarsa menuturkan bahwa Teluk Benoa masuk kategori kawasan suci karena terdapat loloan atau pertemuan antara sungai dan air laut.
Perwakilan dari Desa Pekraman Serangan, Denpasar menyarankan agar investor tidak usah mereklamasi Teluk Benoa, lebih baik membangun di Pulau Serangan. Pulau di sebelah timur Teluk Benoa ini pernah mengalami reklamasi beberapa tahun lalu hingga luasannya bertambah banyak, tetapi hingga kini pembangunan di pulau ini belum juga dimulai.
Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (Forbali) Wayan Gendo Suardana dalam aksinya di depan Kantor Gubernur menegaskan bahwa penolakan tersebut membuktikan reklamasi Teluk Benoa tidak saja ditolak LSM, tetapi juga masyarakat.