Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor dan kredit perbankan China diperkirakan meningkat pada bulan Maret, menandakan kemungkinan stabilnya kondisi negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini.
Para petinggi China telah berjanji untuk membuat kebijakan moneter yang lebih fleksibel tahun ini karena negara ini lebih memilih peningkatan belanja fiskal dan pemotongan pajak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi efek buruk reformasi struktural.
Berdasarkan jajak pendapat oleh Reuters, ekspor diprediksi tumbuh 2,5% pada bulan Maret dari tahun sebelumnya, setelah jatuh 25,4% pada Februari, terburuk sejak Mei 2009. Sementara itu, impor diperkirakan turun 10,2%, menyusul penurunan sebesar 13,8% pada Februari.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan China Gao Hucheng mengatakan perdagangan luar negeri China mungkin menunjukkan rebound besar di Maret setelah jatuh dalam dua bulan pertama tahun ini. Pejabat tinggi China mengatakan perekonomian menunjukkan tanda-tanda perbaikan diiringi dengan berkurangnya aliran modal keluar.
Menurut survey resmi, aktivitas pabrik China secara tak terduga meningkat pada bulan Maret untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan terakhir, meningkatkan harapan bahwa tekanan pada perekonomian sedang berkurang karena rebound investasi yang dipimpin oleh sektor properti.
"Kami percaya pertumbuhan akan stabil pada tingkat yang rendah pada akhir kuartal satu dan akan pulih secara perlahan setelah kebijakan akomodatif China secara bertahap diimplementasikan pada aktivitas nyata," tulis analis Standard Chartered dalam laporan yang diterima Reuters.
Menurut jajak pendapat kepada 40 ekonom, inflasi harga konsumen kemungkinan naik menjadi 2,5% pada Maret, tertinggi sejak Mei 2014.