Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan-perusahaan asal China meningkatkan pengiriman produk ke Inggris ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir. Hal tersebut mengindikasikan China sedang mencari pasar ekspor yang tidak terhalang tarif tinggi seperti yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Data resmi dari kedua negara menunjukkan lonjakan nilai ekspor China ke Inggris setelah Trump menerapkan tarif tinggi atas produk dari ekonomi terbesar kedua dunia itu, meskipun sebagian tarif kini telah dikurangi.
Peningkatan ekspor terlihat terutama pada barang elektronik dan paket kecil, yang mengisyaratkan adanya upaya pengalihan arus ekspor dari AS ke pasar lain.
Berdasarkan data Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) yang dikutip dari Bloomberg pada Rabu (25/6/2025), impor barang dari China mencapai £6 miliar (US$8,2 miliar) pada April 2025. Catatan tersebut naik 11% dibandingkan tahun sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak lebih dari dua tahun terakhir.
Data dari Beijing yang belum disesuaikan secara musiman juga menunjukkan nilai ekspor ke Inggris pada Mei mencapai level tertinggi sejak pertengahan 2022.
Tren tersebut memperkuat bukti bahwa ketika hambatan dagang dari AS membatasi ketergantungan pada produk China, permintaan global atas barang-barang tersebut tidak hilang, melainkan bergeser ke negara lain.
Baca Juga
Meskipun Beijing telah mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Trump untuk menurunkan sebagian tarif, kesepakatan itu dinilai rapuh. Tarif AS terhadap barang China masih bertahan pada level tinggi yakni 55%, lebih dari dua kali lipat dibandingkan sebelum masa jabatan kedua Trump dimulai pada 20 Januari.
Menteri Bisnis Inggris Jonathan Reynolds mengatakan pihaknya sedang memantau potensi efek pengalihan perdagangan dan siap menggunakan kewenangan untuk mencegah praktik dumping barang murah, seperti baja, ke pasar domestik.
Masuknya barang-barang murah asal China ke Inggris membawa dua sisi mata uang dapat membantu menurunkan inflasi lebih cepat, tetapi juga berpotensi menekan produsen lokal dari sisi harga.
Sanjay Raja, Kepala Ekonom Inggris di Deutsche Bank, menyebut tren ini dapat berdampak signifikan terhadap inflasi, karena pengalihan perdagangan ke Inggris kemungkinan akan menekan harga barang inti.
“Secara alami, akan ada praktik dumping barang ke Eropa, terutama untuk barang rumah tangga, pakaian, dan barang rekreasi,” katanya.
Salah satu indikasi pengalihan ekspor dari AS adalah lonjakan pengiriman paket kecil dari perusahaan seperti Shein Group Ltd. dan Temu ke Inggris dan Eropa. Pengiriman jenis ini meningkat tajam pada Mei, setelah AS menerapkan tarif tertinggi atas barang-barang China.
Ekspor paket kecil dari China ke Inggris naik 66% pada Mei dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai rekor hampir US$2 miliar dalam lima bulan pertama 2025. Eksportir China yang menjual barang bernilai rendah langsung ke konsumen telah menyatakan akan mengalihkan pasar ke luar AS setelah tarif diberlakukan, dan hal ini tampaknya mulai terealisasi.
Tren serupa juga terlihat di negara-negara Eropa lainnya, dengan ekspor paket kecil ke seluruh blok Uni Eropa juga menunjukkan peningkatan.
Selain itu, sektor elektronik juga menunjukkan adanya pergeseran pasar. Ekspor ponsel pintar China ke Inggris naik 26% sepanjang Januari–Mei 2025, sementara ekspor ke AS anjlok 18%. Ekspor komputer ke Inggris naik 11%, tetapi justru turun 25% ke AS pada periode yang sama.
Bank of England kini sedang memantau perkembangan ini untuk melihat apakah pengalihan perdagangan dapat mempercepat penurunan inflasi di Inggris. Harga barang sempat naik dan mendorong inflasi ke level 3,4%—yang tertinggi dalam lebih dari setahun.
Namun, Catherine Mann, anggota eksternal komite penetapan suku bunga Bank of England, menyatakan skeptis terhadap dampak langsung dari pengalihan ekspor ini terhadap inflasi. Dia menilai diskon harga yang diberikan eksportir kemungkinan hanya digunakan oleh peritel untuk memperbaiki margin laba yang tergerus inflasi.
Thomas Sampson, Associate Professor di London School of Economics and Political Science, menyebut data saat ini menunjukkan tanda-tanda awal adanya pengalihan ekspor China ke Inggris.
“Namun, kenaikannya masih relatif kecil dan data perdagangan bulanan sangat volatil. Jadi terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa perubahan besar sedang terjadi," katanya.