Bisnis.com, DENPASAR - Pengusaha perak di Gianyar mengeluhkan beredarnya kerajinan berbahan campuran, tetapi memasang stempel yang menyatakan perak asli.
Ketua Asosiasi Perak Bali Gianyar Nyoman Tupadana mengungkapkan pihaknya mengharapkan dinas terkait untuk bekerja sama mengatasi permasalahan ini, karena meresahkan perajin perak asli.
"Pada dasarnya tidak masalah bagi kami kalau ada yang menjual bahan alpaka, hanya saja jangan menempelkan kode 925 yang artinya asli perak," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (1/5/2016).
Menurutnya, saat ini banyak beredar di pasaran produk berbahan campuran perak, tembaga dan seng atau disebut alpaka yang bentuknya mirip, tetapi harganya jauh di bawah harga produk perak asli. Apalagi, bentuk serta tampilannya mirip perak asli karena ada proses penyepuhan, konsumen sering tidak paham.
Dikhawatirkan peredaran menggunakan kode stempel nasional tersebut akan merusak citra perak produksi Bali di mata konsumen. Tanpa adanya pemahaman yang baik di konsumen, niscaya produk yang distempel kode 925 diklaim perak asli.
Pelaku usaha mengharapkan kondisi ini segera ditindaklanjuti oleh dinas terkait agar konsumen tidak dirugikan. Selain itu, ke depannya kualitas produk perak asal Bali dapat tetap dijaga sehingga tren penurunan permintaan dapat diantisipasi.
"Khawatirnya kalau orang mengira produk tersebut dari Bali, dampaknya bisa panjang bagi ekspor produk perak. Khususnya kami perajin perak di Celuk bisa dirugikan," tuturnya.