Bisnis.com, JAKARTA - Emiten transportasi darat, PT Adi Sarana Armada Tbk., tengah menjajaki kerja sama penggunaan armada dengan perusahaan aplikasi jasa transportasi Uber Asia Ltd.
Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada, Tbk. Prodjo Sunarjanto menjelaskan perusahaan aplikasi itu tertarik menggunakan armada milik perseroan untuk memenuhi regulasi baru yang dibuat pemerintah.
"Kami sedang mencari pola bagaimana memanfaatkan bisnis taksi online ini supaya win-win," jelasnya di Jakarta, Senin (6/6/2016).
Menurut Prodjo, tingkat penggunaan atau utilisasi armada perseroan mencapai 95%. Perseroan telah banyak terikat kontrak dengan para pelanggan, terutama dari kalangan korporasi. Oleh karena itu, jumlah kendaraan yang bisa digunakan untuk taksi online sangat terbatas.
Saat ini perusahaan berkode emiten ASSA itu sudah menyediakan 25 armada untuk bisnis taksi online yang dikelola PT Grab Taxi Indonesia. Jumlah itu sangat kecil bila dibandingkan dengan total armada ASSA yang mencapai 18.500 unit.
Prodjo mengungkapkan perseroan bisa saja menambah jumlah armada untuk dialokasikan ke perusahaan aplikasi. Namun, perseroan meminta garansi karena pendapatan perusahaan aplikasi cenderung fluktuatif karena model bisnisnya yang menggunakan subsidi untuk menekan harga.
Perseroan telah melakukan simulasi, bisnis taksi online harus meraup pendapatan minimal Rp21 juta per bulan dan tingkat penggunaan 60% setiap bulannya agar bisa mencapai titik impas atau breakevent point. "Mereka minta 5.000 armada. Bisa, tapi show your money, harus ada garansi pendapatan 2 tahun karena kami juga investasi untuk tambah armada," jelasnya.
Sebelumnya, penjajakan serupa juga tengah dijajaki dengan PT Gojek Indonesia. Gojek diklaim tertarik menggunakan armada milik ASSA untuk layanan GoCar.