Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku usaha ritel memperkirakan pertumbuhan industri dapat mencapai setidaknya 10% pada paruh kedua 2016, melanjutkan kenaikan yang diraih pada momen Lebaran.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengharapkan performa industri ritel yang sedang meningkat dapat berlanjut hingga akhir tahun. “Kami harap bisa tumbuh 10% paling minimal. Double digit lah,” sebutnya kepada Bisnis, Senin (11/7/2016).
Menurut Roy, tiga faktor yang bisa mendorong kenaikan sektor ini yaitu dilanjutkannya realisasi paket-paket deregulasi pemerintah, dikeluarkannya aturan yang tidak bertentangan dengan perkembangan dunia usaha, serta sosialisasi aturan yang lebih gencar dan merata. Aprindo menilai konsumen sekarang sangat memperhatikan kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi makro, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, regulasi dan opini yang dikeluarkan pemerintah sangat mudah menimbulkan sentimen di masyarakat. Misalnya, aturan pelaporan transaksi kartu kredit yang diklaim sudah menimbulkan tekanan bagi peritel meski belum diterbitkan.
Menurut perhitungan Aprindo, selama Ramadan dan libur Lebaran tahun ini terjadi lonjakan penjualan sekitar 20%-25%. Rinciannya, pertumbuhan segmen food sebesar 30% sedangkan non food antara 20%-25%. Bila dibandingkan dengan peningkatan penjualan pada Lebaran 2015, maka tahun ini terjadi kenaikan 10%-15%.