Bisnis.com, MEDAN--Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara akan menghentikan kontrak ekspor jangka panjang akibat harga yang masih cenderung terus menurun.
Adapun, kontrak jangka panjang juga dinilai sebagai salah satu penyebab kerugian terus menerus yang dialami eksportir karet.
Sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah mengatakan saat ini sekitar 40% ekspor karet Indonesia dilakukan melalui jasa trader dan berdasarkan kontrak jangka panjang.
Dengan kontrak jangka panjang, karet untuk pengapalan pada 1 tahun mendatang sudah dapat dikontrak dengan harga yang disepakati saat ini.
"Dengan kata lain, harga untuk tahun depan tidak akan jauh dari kondisi harga pada saat ini. Ini sudah berlangsung berbulan-bulan sehingga semacam ada lingkaran setan, di mana harga dikendalikan mekanisme kontrak jangka panjang ini. Selanjutnya, kami lebih memilih sistem spot [langsung]," ucap Edy, Jumat (22/7/2016).
Lebih lanjut, dia menjelaskan, selama 2 tahun belakangan harga karet sudah berada di bawah level renumeratif. Adapun, Edy menyebutkan seharusnya level harga wajar adalah US$2 per kg untuk TSR20.
"Walaupun ada faktor-faktor yang mendukung naiknya harga, misalnya perekonomian dari negara konsumen utama sudah lebih baik dibandingkan dengan 2 tahun yang lalu, dan Thailand, Indonesia, dan Malaysia sedang menjalankan pembatasan ekspor tapi harga masih bertahan rendah sekitar US$1,3 per kg karena pelaku pasar lebih ahli dalam mengendalikan perdagangan," tambah Edy.
Adapun, rencana penghentian kontrak jangka panjang ini, ucap Edy akan dibahas pada Rakernas Gapkindo pada bulan depan di Jakarta. Langkah ini juga akan diusulkan kepada produsen karet ASEAN melalui forum ARBC (ASEAN Rubber Bussiness Council).
Dia mengemukakan, bila harga terus bertahan di bawah US$2 per kg, pabrik karet akan kesulitan mendapatkan bahan baku. Para petani karet akan lebih banyak yang mengkonversi lahannya ke komoditas lainnya.
Sebelumnya, Gapkindo Sumut mencatat, sepanjang semester I/2016, kinerja volume ekspor karet Sumut mengalami penurunan 5% yakni hanya 208.021 ton dibandingkan dengan semester I/2015 218.902 ton.
Kontraksi volume ekspor selama tengah tahun pertama tersebut terutama dialami pada Maret-April 2016.
Selama 2 bulan tersebut terjadi penurunan ekspor masing-masing 6.773,57 ton pada Maret 2016, dan 5.774,54 ton pada April 2016.
Selain itu, terakhir pada Juni 2016, volumenya juga menurun 1.731,15 ton. Adapun, untuk penyerapan karet domestik, pada periode yang sama, meningkat menjadi 9.744,86 ton dari 7.263,81 ton pada semester I/2015.
Pengusaha Karet Sumut Stop Kontrak Ekspor Jangka Panjang
Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara akan menghentikan kontrak ekspor jangka panjang akibat harga yang masih cenderung terus menurun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Febrany D. A. Putri
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
38 menit yang lalu
Sritex Ajukan PK Usai Kasasi Pailit Ditolak Mahkamah Agung
1 jam yang lalu