Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman patut diacungi jempol.
Pengamat komunikasi politik dan pengajar Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan pencapaian ini menunjukkan kinerja Amran Sulaiman patut diacungi jempol.
“Mentan mampu menjawab kepercayaan Presiden Jokowi dengan baik sekali. Banyak terobosan yang dilakukan Mentan berakhir manis. Ini patut kita apresiasi”, ujar Satrio di Jakarta, Sabtu (6/8/2016).
BERITA TERKAIT
- BI: Pertumbuhan Ekonomi 2016 Bisa Di Atas 5%
- JK: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Berkah dari Mundurnya Musim Panen
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Hari Priyono yang menerima kedatangan Badan Pangan dan Pertanian FAO naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan program Upaya Khusus (Upsus) yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian sejak 2014 meningkatkan peringkat Indonesia dalam Indeks Ketahanan Pangan Global (Global Food Security Index) 2016.
Hari mengatakan Indonesia berada dalam jalur yang sesuai terkait ketahanan pangan. "Perkembangan kedelapan belas proyek yang ada dalam UPSUS tersebut menurut FAO sudah berjalan dengan baik 'on the right track'. Indikator paling penting adalah ketersediaan pangan dari produksi," kata Hari.
Hari mengatakan Indonesia berhasil menaikkan peringkat dalam Indeks Ketahanan Pangan Global 2016 dari peringkat 74 pada tahun lalu menjadi 71 dari total 113 negara.
Menurut dia, capaian ini perlu diapresiasi karena Indonesia masih bisa memperbaiki kinerja di tengah ancaman perubahan iklim yang dapat mempengaruhi produksi dan ketersediaan pangan.
Kementerian Pertanian pun akan menyempurnakan kinerja UPSUS agar lebih berhasil guna pada 2017, yakni dengan mengantisipasi daerah rawan pangan, seperti di Indonesia bagian timur dan menyediakan asupan nutrisi protein selain dari daging sapi, yakni ikan, ayam dan daging kambing.
FAO pun tidak segan menggelontorkan biaya sebesar US$90,8 juta untuk 18 proyek UPSUS yang berjangka sekitar 3-5 tahun.
Ada tiga program di antaranya yang digencarkan oleh Kementerian Pertanian. "Yang di peternakan kaitannya dengan penanganan rabies, kemudian proyek pengendalian avian influenza (flu burung) serta pengembangan lahan kering di Nusa Tenggara Timur. Ini masuk pada wilayah potensi rawan pangan," ujar Hari.