Bisnis.com, JAKARTA-Dalam waktu dekat, PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) akan segera mengajukan konsesi atas Pelabuhan Kuala Tanjung tahap II, tahap III dan tahap IV dengan masa 100 tahun kepada Kementerian Perhubungan.
Sebelumnya, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I telah mengantongi konsesi selama 70 tahun untuk tahap I yakni terminal multipurpose yang ditargetkan selesai pada April 2017. Seperti yang diketahui, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung terdiri dari empat tahap, yakni terminal multipurpose (tahap I), kawasan industri atau industrial gateway port (tahap II), logistic complex (tahap III) dan transshipment terminal atau terminal alih muat (tahap IV).
Direktur Utama PT Pelindo I Bambang Eka Cahyana menuturkan pengajuan konsesi ini akan diproses setelah Pelindo I menyelesaikan detailed engineering design (DED) tahap II.
"Selesai DED, kami langsung mengajukan final investment decision. Total investasi kami tahap II-IV total Rp34 triliun, kalau bisa minimal 100 tahun," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (19/10).
Dia mencontohkan operator pelabuhan di Inggris bisa mendapatkan kepemilikan atau konsesi abadi (freehold) jika semua investasi atas pembangunan dan lahan dilakukan oleh badan usaha tersebut. Konsep freehold, lanjutnya, tidak bertentangan dengan UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran karena regulasi ini tidak mengatur secara detail mengenai pemberian batasan waktu konsesi.
Namun, Bambang tidak berharap akan mendapatkan freehold. Menurutnya, konsesi minimal 100 tahun sudah cukup.
Untuk tahap II, Pelindo I menargetkan pembangunannya akan dimulai pada Juli 2017. Tahap II yang mengusung konsep industrial gateway port ini diproyeksi akan menghabiskan dana Rp 8 triliun.
Pada tahap ini, Bambang mengungkapkan Pelindo I dan operator pelabuhan asal Belanda, Port of Rotterdam, akan membentuk perusahaan patungan atau joint venture sebagai entitas pengembang di tahap II dan III pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung. Pelindo I akan memegang 51% saham, sedangkan Port of Rotterdam menguasai 49% saham sisanya dalam perusahaan patungan tersebut.
Pembentukan perusahaan ini akan diresmikan sekitar November 2016, bertepatan dengan kunjungan perdana menteri Belanda ke Indonesia. Perusahaan patungan ini juga merupakan realisasi kerjasama antar pemerintah Indonesia dan Belanda yang sudah dituangkan dalam MoU yang ditandatangani Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Namun, dia memastikan Port of Rotterdam tidak akan menjadi operator di Kuala Tanjung.
BUMN Inc.
Dalam upaya menggalang dana pembangunan tahap II senilai Rp 8 triliun, Pelindo I menggunakan kas internal dan dana pinjaman. Selain dua opsi tersebut, Bambang mengatakan perusahaan tengah mengajukan izin untuk mendaftarkan salah satu anak perusahaannya (Initial Public Offering/ IPO) di Bursa Efek Indonesia. Sayangnya, dia menolak memaparkan lebih lanjut anak usaha dan nilai IPO perusahaan. "Yang pasti sangat menarik untuk pasar," tegasnya.
Selanjutnya, dia menjelaskan tahap III diperkirakan akan memakan dana Rp11 triliun dan tahap IV lebih besar lagi sekitar Rp15 triliun.
Untuk kawasan industri (tahap II), Pelindo I akan menyasar industri semen, pengolahan minyak sawit, dan industri berat. Adapun total lahan yang disiapkan untuk kawasan industri ini mencapai 1.400 Ha.
Belum dimulai, Bambang mengatakan peminatnya sudah banyak. "Sudah ada dua perusahaan dari Qatar dan Rusia yang mau menjadikan Kuala Tanjung sebagai hub gas," ungkapnya. Namun, dia menuturkan niatan keduanya masih harus mendapat izin dari Kementerian ESDM. Selain perusahaan gas, perusahaan pengolah CPO asal Perancis juga ingin masuk ke Kuala Tanjung.
Tidak hanya itu, Unilever juga menunjukan ketertarikannya mengingat perusahaan membutuhkan ekspansi pengembangan pabriknya di Sei Mangkei. "Mereka ingin tahu karena tahun depan mereka harus expand, karena Sei Mangkei sudah mentok."
Dengan besarnya potensi Kuala Tanjung, Bambang mengatakan Pelindo I akan meminta kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian agar Kuala Tanjung mendapatkan status kawasan ekonomi khusus (KEK).
"Nantinya ada dua KEK di sana, Kuala Tanjung dan Sei Mangkei."
Kedua KEK ini diharapkan dapat dikelola oleh satu pihak. Oleh sebab itu, Pelindo I dan Kementerian BUMN mengusulkan pembentukan BUMN Incorporated.
BUMN Inc. nantinya akan menjadi pengelola kedua KEK tersebut. BUMN Inc. ini merupakan perusahaan patungan yang terdiri sejumlah BUMN antara lain Pelindo I, PT Inalum, PTPN. Sementara itu BUMN lainnya seperti BUMN Karya tengah dipertimbangkan.
Namun, Bambang mengatakan pihaknya ingin mengandeng Pertamina dan Semen Indonesia di dalamnya.