Bisnis.com, JAKARTA—Industri jamu nasional membutuhkan dukungan pemerintah dalam melakukan penetrasi ke pasar ekspor.
Ketua Dewan Pembina Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia Charles Saerang mengatakan produk jamu Indonesia menghadapi persaingan ketat dari obat tradisional di beberapa negara tujuan ekspor.
Malaysia misalnya, menerapkan program penggunaan jamu lokal kepada warganya. Pemerintah setempat membantu pelaku usaha dalam hal branding, desain, serta pengemasan produk.
Kompetisi ketat juga terjadi di Filipina dan Thailand. Posisi sektor ini yang berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan juga disebut turut berpengaruh terhadap realisasi kinerja. “Pemerintah belum punya program ekspor yang jelas, sehingga pelaku usaha tidak tahu target pasarnya.
Kalau kapasitas [produksi] sih kami tidak masalah, yang masalah adalah kami belum dapat niche market,” ujar dia kepada Bisnis, Senin (28/11/2016).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan secara keseluruhan ekspor industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional pada Januari-Oktober 2016 naik 2,83% secara year-on-year menjadi US$535,38 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sekitar US$527,62 juta.
Namun, ekspor simplisia (bahan obat tradisional) merosot 17,41% dari US$333.000 menjadi US$275.000. Sementara itu, ekspor produk obat tradisional terpangkas 1,42% dari US$158.000 menjadi US$156.000.