Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Politisi DPR Ini Anggap Wacana Pemerintah Soal Yuan Gantikan Dolar Hanya Pancingan

Wakil Ketua Komisi XI DPR Achmad Hafisz Tohir mengatakan bahwa wacana pemerintah menjadikan yuan sebagai alat tukar utama pengganti dolar AS hanya sebagai pancingan saja agar investasi dari Barat meningkat.
Yuan/Bloomberg
Yuan/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA--Wakil Ketua Komisi XI DPR Achmad Hafisz Tohir mengatakan bahwa wacana pemerintah menjadikan yuan sebagai alat tukar utama pengganti dolar AS hanya sebagai pancingan saja agar investasi dari Barat meningkat.

Menurutnya, kalau yuan dijadikan alat tukar utama maka Indonesia akan menanggung risiko yang tidak ringan. Selain itu, ujarnya, juga akan muncul ketidakpastian bagi para pelaku ekonomi di Indonesia.

“Jadi wacana ini hanya sebagai pancingan pemerintah agar negara-negara Barat dan Amerika meningkatkan investasinya di Tanah Air,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (9/12/2016).

Lebih jauh Hafisz mengatakan, sejauh ini perekonomian China belum stabil, masih rentan sehingga berisiko bagi kepastian investasi di Indonesia. Politisi PAN ini juga menyatakan bahwa Pemerintah sedang mengejar realisasi investasi pada 2017 sehingga wacana itu dimunculkan.

US Dollar telah menjadi alat tukar utama dunia. Dunia menggunakan US dollar disebabkan ekonomi Amerika yang relatif stabil,” ujarnya.

Dia menyebutkan bahwa dulu sempat ada wacana untuk menjadikan euro sebagai alat tukar utama. Tetapi sangat riskan menggunakan euro, karena selain mata uang baru, euro juga relatif fragile, karena rentan terhadap perpecahan,” papar Hafisz.

Pada bagian lain, Hafisz menambahkan bahwa argumen pemerintah di balik keinginan menjadikan yuan sebagai alat tukar utama juga tidak dapat diterima. Pemerintah menilai ekspor ke negeri tirai bambu cukup tinggi atau mencapai 10% hingga 11% dari total ekspor Indonesia. China juga dinilai sebagai mitra dagang yang baik. Jadi menurut pemerintah, tepat bila yuan dijadikan alat tukar utama.

“Hubungan dagang kita dengan China tidak menguntungkan alias berat sebelah. Sudah sejak empat tahun terakhir merugi dalam neraca perdagangan dengan China,” ujarnya. Sedangkan dengan Amerika Serikat Indonesia selalu surplus alias untung.

“Pilih mana, perdagangan besar tapi rugi atau perdagangan kecil tapi untung,” ujarnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper