Bisnis.com, JAKARTA – Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia merencanakan akan melakukan rekonstruksi bangunan-bangunan non-pemerintahan bagi korban gempa magnitude 6,5 skala richter di Pidie Jaya, Aceh pada 7 Desember lalu.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata mengatakan pihaknya belum lama ini telah melakukan peninjauan langsung di wilayah lokasi korban gempa.
Dirinya mengaku bersama REI Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Aceh telah berkomitmen memprioritaskan pembangunan kembali infrastruktur berupa fasilitas pendidikan. Untuk itu, Soelaeman meminta Satgas Tanggap Darurat gempa Pidie Jaya diharapkan secepatnya dapat menyampaikan data akurat terkait kerusakan yang dialami.
“Bantuan rekonstruksi yang akan kami lakukan akan fokus ke bangunan-bangunan non-pemerintahan, karena bangunan semacam itu memiliki standar tersendiri. Kami akan lihat apa yang bisa dilakukan, sedangkan bantuan yang diberikan lalu sebagai tahap awal sebagai ungkapan empati dan simpati dari anggota REI kepada para korban gempa Aceh,” katanya di Jakarta, Rabu (21/12/2016).
Menurutnya bantuan yang diberikan antara lain tikar, perlengkapan salat, matras, logistik, obat-obatan, dan lainnya. Adapun tahap awal telah disalurkan bantuan logistik di posko penampungan pengungsi di gudang Bulog di Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya.
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama dengan beberapa Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Karya mulai membangun sekolah sementara di 13 lokasi yang mengalami kerusakan akibat gempa bumi di Provinsi Aceh.
Sebanyak 12 sekolah berada di Kabupaten Pidie Jaya yaitu, SD Mesjid, SMPN Tampui, SDN Tampui, PAUD Bunda Kasih, SDN Peulandok yang berlokasi di Kecamatan Trienggading; SMKN 1, MIN (Madrasah) Paru, SMPN 3, SDN Jiem Jiem berlokasi di Kecamatan Bandar Baru, SDN Malem Dagang di kecamatan Ulim; SMPN 2 di Kecamatan Pante Raja; dan SMKN 1 di Kecamatam Bandar Dua; sedangkan SMPN 1 Kecamatan Samalanga berada di Kabupaten Bireun.
"Jadi kami sudah mulai bekerja di lokasi dengan program kerja utama adalah menyiapkan sekolah sementara,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR sekaligus Ketua Satgas Infrastruktur untuk penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi akibat gempa di Pidie Jaya, Danis Sumadilaga.
Data BNPB per tanggal 21 Desember menunjukan bahwa terdapat 95 sekolah negeri dan madrasah yang mengalami kerusakan berat, sedang dan ringan. Dari 95 lokasi tersebut, 13 diantaranya telah dilakukan pembersihan oleh TNI.
Data tersebut juga menyatakan bahwa 13 sekolah tersebut membutuhkan sebanyak 101 ruangan kelas belajar (RKB) sementara, sambil menunggu perbaikan maupun pembangunan ruangan kelas permanen.
Danis mengatakan untuk pembangunan sekolah sementara ini ditargetkan dapat selesai pada akhir Januari – Februari 2017, selanjutnya dilaksanakan pembangunan kelas permanen, bahkan di beberapa lokasi bisa dilakukan secara paralel dengan verifikasi teknis sekolah lainnya.
"Kegiatan belajar di sekolah akan dimulai pada awal Januari, mungkin belum selesai semuanya oleh sebab itu kami mohon bantuan BNPB untuk menyiapkan bantuan berupa tenda darurat agar anak-anak tetap bisa sekolah,” ujar Danis.
Pembangunannya sendiri akan dilakukan oleh beberapa BUMN Karya untuk konstruksi maupun konsultan pengawasnya. BUMN yang terlibat diantaranya adalah Waskita Karya, Hutama Karya, Adhi Karya, Nindya Karya, Bina Karya, Wijaya Karya, Brantras Abripraya, PP, Waskita, Yodya Karya dan Virama Karya, yang dibagi menjadi tiga zona pekerjaan berdasarkan wilayah kerja.