Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan tahunan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2016 melambat dibandingkan dengan periode yang sama pada 2015. Kendati menurun, pertumbuhan konsumsi kuartal IV/2016 menguat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Perlambatan konsumsi rumah tangga pada kuartal terakhir tahun lalu itu tercermin dari rata-rata pertumbuhan tahunan Indeks Penjualan Riil (IPR) kuartal IV/2016 yang diperkirakan sebesar 9,5% (year-on-year/yoy), atau lebih rendah dibandingkan kuartal IV/2015 yang tumbuh 9,9% (yoy). Sementara itu, IPR kuartal III/2016 sebesat 9,4% (yoy).
Berdasarkan survei penjualan eceran oleh BI, pada November 2016 terjadi pertumbuhan IPR sebesar 10% atau lebih tinggi dari Oktober yang hanya tumbuh 8,1%.
Peningkatan penjualan ritel terutama terjadi pada kelompok makanan yang tumbuh menjadi 8,6% (yoy). Bank sentral juga memprediksi pertumbuhan penjualan eceran masih meningkat di Desember 2016 sebesar 10,5%.
“Sementara itu, penjualan eceran kelompok nonmakanan masih mencatat pertumbuhan meskipun melambat dibandingkan bulan sebelumnya,” tulis BI dalam laporannya, Selasa (10/1/2017).
Penjualan eceran kelompok nonmakanan pada November 2016 melambat dari 13,9% menjadi 12,1% (yoy).
Perlambatan itu terjadi terutama di kelompok peralatan informasi dan komunikasi dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang masing-masing tumbuh 19,2% (yoy) dan 10,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 22,7% (yoy) dan 13,6% (yoy).
Pada survei penjualan eceran yang dirilis Selasa (10/1) oleh BI juga mengindikasikan adanya penurunan tekanan kenaikan harga pada Februari 2017.
Dalam surveinya, Indeks Ekspektasi Harga Umum pada Februari 2017 lebih rendah 4,0 poin dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 129,6. Tekanan kenaikan harga diperkirakan akan kembali meningkat pada April 2017 jelang Ramadan dan Idulfitri pada Mei 2016.