Bisnis.com, JAKARTA—Bank Dunia (World Bank) sepakat menyalurkan hibah sebesar US$55,25 juta kepada Indonesia untuk membantu mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Dewan Eksekutif Bank Dunia menyebutkan, hibah tersebut terbagi dalam dua program yang memiliki tujuan berbeda. Pertama, program Clean Technology Fund (CTF) senilai US$49 juta untuk mendukung pengembangan infrastruktur dan aktivitas pengeboran eksplorasi.
Kedua, program Global Environment Facility (GEF) dengan nilai US$6,25 juta guna mendukung bantuan teknis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas eksplorasi tenaga panas bumi, termasuk proses pelaksanaan kebijakan perlindungan (safeguards due diligence).
Adapun, Kementerian Keuangan dan PT. Sarana Multi Infrastruktur juga turut mendanai proyek tersebut dengan jumlah yang sama dengan pendanaan dari CTF.
“Terbatasnya listrik menghambat potensi pertumbuhan Indonesia dan membatasi peluang masa depan bagi jutaan penduduk Indonesia. Hibah ini akan membantu mengembangkan potensi panas bumi Indonesia yang sangat besar,” kata Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia dalam keterangan resminya, Jumat (10/2).
Bank Dunia mencatat, tenaga panas bumi adalah sumber energi terbarukan terbesar kedua di Indonesia setelah tenaga air. Di sisi lain, 12% dari total populasi Indonesia atau sekitar 30 jut orang tercatat belum memiliki akses listrik yang modern dan handal.
Dalam hal ini, lembaga keuangan yang berpusat di Washington tersebut memandang panas bumi menjadi alternatif sumber tenaga yang lebih bersih dibandingkan pembangkit listrik tenaga batubara.
Proyek Pengembangan Hulu Tenaga Panas Bumi juga akan membantu upaya Indonesia untuk mencapai target porsi energi baru dan terbarukan dalam bauran energi primer. Seperti diketahui sektor tersebut ditargetkan naik 23% pada 2025
Selain itu, sasaran lain dari proyek ini adalah memperluas akses energi yang lebih merata ke seluruh pelosok Indonesia.
“Proyek ini memberi penekanan khusus untuk kawasan timur Indonesia, yang memiliki persentase keluarga tanpa listrik modern dan handal yang jauh lebih tinggi,” kata Senior Energy Specialist Bank Dunia, Peter Johansen.
Pada tahun lalu Bank Dunia juga telah sepakat memberikan pinjaman kepada Pemerintah Indonesia melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) senilai US$500 juta, untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi tiga juta penduduk Pulau Sumatra.
Pinjaman tersebut masuk dalam program yang telah ditetapkan oleh Direksi Kelompok Bank Dunia untuk Indonesia, yakni Power Distribution Development Program for Results.
Program pinjaman yang menggandeng PT PLN sebagai mitra kerja tersebut, digunakan untuk memperkuat sistem kelistrikan yang lebih efisien sekaligus meningkatkan rasio elektrifikasi Pulau Sumatra menjadi 90%.