Bisnis.com, JAKARTA - Balai Penelitian Ternak (Balitnak) membuka peluang bagi pelaku usaha untuk pembibitan Ayam Sentul Terseleksi (SenSi-1 Agrinak). Ayam Sentul Terseleksi memiliki keunggulan pada pertumbuhan berat badan ayam SenSi yang lebih cepat dibandingkan ayam kampung jenis lainnya.
Ayam SenSi hasil penelitian Sofjan Iskandar ini bisa mencapai berat 1 kilogram dalam waktu 10 minggu. Dengan konsumsi pakan umur 0-10 minggu sebanyak 2,7 - 3,2 kilogram/ekor. Pada 2012, Balitnak terlebih dulu meluncurkan ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak) sebagai ayam kampung petelur. Ayam KUB sebagai ayam kampung petelur, dibuahi oleh ayam sentul terseleksi sebagai pejantan, yang harapannya menghasilkan ayam telur sehari (DOC) dengan bobot maksimal.
Suharsono menyampaikan seringkali pengembangan ayam lokal terkendala sulitnya memperoleh bibit unggul. Padahal, tersedia galur unggul ayam lokal di dalam negeri untuk menghasilkan ayam pedaging dan meningkatkan penyediaan bibit DOC. Ayam sentul terseleksi ini telah ditetapkan sebagai galur ayam lokal pedaging asli Indonesia melalui SK Mentan Nomor 39/Kpts/PK.020/1/2017.
"Keunggulan ayam sensi-1 agrinak yakni dapat mencapai bobot 1 kilogram dalam waktu 10 minggu. Dengan kebutuhan pakan 17% tingkat protein kasar dan energi 2800 kkal ME/kg per kebutuhan. Sumber pakan bisa diformulasikan sesuai dengan bahan baku yang ada di daerah," tutur Kepala Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Suharsono di Balai Penelitian Ciawi, Bogor, Selasa (21/2).
Untuk menunjang konsumsi protein hewani, Balitnak bekerjasama dengan enam perusahaan di Bogor, Sukabumi, Lampung, dan Yogyakarta untuk produksi bibit Ayam SenSi. Total produksi dari kerjasama ini adalah 100.000 DOC per minggu.
Selanjutnya, untuk menyebarkan pembibitan ini, Balitnak membuka peluang bagi investor yang mau terjun di usaha pembibitan ini. Apalagi melihat masih banyak wilayah yang belum tergarap untuk pembibitan ayam sentul terseleksi.
Soeharsono menghitung dengan memelihara 1.000 ekor di kandang 200 meter persegi, maka besar investasi tidak lebih dari Rp10 juta. Apalagi pasar masih terbuka karena ayam kampung menjadi pilihan kalangan menengah ke atas dengan harga yang relatif stabil.
"Ini yang mendorong berkembangnya bisnis ayam kampung ke depan," katanya.