Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia dan para pelaku usaha dari negara-negara di lingkar Samudera Hindia yang tergabung dalam Indian Ocean Rim Association (IORA) akan bertemu pada IORA Summit yang diselenggarakan untuk pertama kalinya.
IORA Summit akan berlangsung pada 5-7 Maret 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta. IORA sendiri memiliki peran yang sangat strategis sebagai forum pendorong stabilitas kawasan dan IORA merupakan masa depan ekonomi di dunia.
"IORA adalah kekuatan geopolitik dan geoekonomi yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Kawasan ini adalah masa depan ekonomi dunia dan saat ini menjadi momentum yang tepat mengingat pertumbuhan ekonomi beberapa negara anggota IORA terbilang tinggi," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, mengutip keterangan resminya, Sabtu (4/3).
Lebih lanjut, Enggar menyampaikan perdagangan intra-regional IORA pada 2015 mencapai US$777 miliar atau naik 300% dibandingkan 1994 senilai US$233 miliar.
Selain itu, Samudera Hindia merupakan 70% jalur perdagangan dunia, termasuk jalur distribusi minyak dan gas. Bahkan lebih dari setengah kapal kontainer dan dua per tiga kapal tanker minyak dari seluruh dunia melewati kawasan ini.
Tidak hanya itu, IORA mencakup kurang lebih 2,7 miliar penduduk (35% dunia). Namun, perannya baru 12% pangsa pasar dunia, 10% PDB global, dan 13% tujuan penanaman modal asing (PMA).
Sebesar 96% perdagangan intra-IORA dikuasai enam negara, yaitu Singapura, Malaysia, India, Indonesia, Australia, dan Afrika Selatan. Beberapa negara yang tengah menjadi perhatian penting Pemerintah Indonesia dalam hal perdagangan adalah Bangladesh, Kenya, Mozambik, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab, dan Iran.
"Bagi Kemendag, IORA sangat strategis dan sejalan dengan strategi diversifikasi pasar tujuan ekspor, hal ini sesuai dengan arahan Bapak Presiden pada pembukaan Rakernas Perdagangan bulan lalu. Kemendag akan mengoptimalkan pertemuan ini untuk melakukan ekspansi atau pendalaman terhadap pasar-pasar baru yang potensial," tegasnya.
Dirinya menegaskan bahwa menjadi tuan rumah IORA Summit untuk pertama kalinya menjadi suatu kebanggaan bagi Indonesia. Menurutnya, pertemuan tingkat puncak ini adalah inisiatif dalam kekektuaan Indonesia dalam IORA periode 2015-2017.
Saat ini Indonesia tengah menjalin kesepakatan perdagangan bebas dengan lima negara anggota IORA (Malaysia, Singapura, Thailand, India dan Australia) dan satu negara mitra wicara IORA (Jepang) dalam kerangka ASEAN dan ASEAN Plus.
"Melalui IORA, Indonesia dapat menjajaki peningkatan cakupan jalinan kerja sama perdagangan bilateral dan multilateral dengan beberapa negara kunci, seperti Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, Bangladesh dan Iran, serta Amerika Serikat dan Inggris," tuturnya.
Tidak hanya itu, lanjut Enggar, Indonesia berpeluang membangun kemitraan lebih erat dengan anggota IORA sebagai growing partners dan pasar ekspor nontradisional berbekal daya saing Indonesia pada peringkat 41 dunia.
Contohnya, potensi ekspor di pasar Afrika mencapai US$ 550 miliar pada 2016, namun realisasi ekspor Indonesia baru mencapai US$4,2 miliar. Demikian juga potensi ekspor ke pasar Timur Tengah yang mencapai US$975 miliar, namun baru terealisasi US$5 miliar.
IORA merupakan forum kerja sama antarnegara terbesar di Samudera Hindia yang berdiri pada 1997. IORA beranggotakan 21 negara yaitu Australia, Afrika Selatan, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Yaman; serta 7 negara mitra wicara yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Mesir, Tiongkok, dan Prancis.
Empat negara anggota IORA (Afrika Selatan, Australia, India, dan Indonesia) serta 6 negara mitra IORA (AS, RRT, Jerman, Inggris, Jepang dan Perancis) merupakan anggota G20. "Hal ini membuktikan betapa strategisnya peran IORA dalam perekonomian dunia," imbuhnya.