Bisnis.com, JAKARTA — Pengembang Sumatera Utara yang tergabung dalam Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia menargetkan pembangunan 15.000 rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah unit. Target tersebut meningkat dari realisasi tahun lalu 12.500 unit.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Perusahaan Realestat Indoneia (REI) Sumatera Utara Andi Atmoko Panggabean mengatakan saat ini kinerja sektor perumahan di wilayahnya ditopang oleh penjualan rumah dengan kisaran Rp200 — Rp300 juta. Sedangkan, untuk unit harga lebih dari Rp500 juta itu penjualannya terbilang seret.
Lebih ramai, lanjutnya, penjualan pada segmen masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR. Hal ini terbukti dengan realisasi tahun lalu sebanyak 12.500 unit dari target 12.000 unit.
“Kebutuhan rumah menengah bawah di Sumatera Utara masih tinggi, Kota Medan sudah tidak memungkinkan. Jadi pembangunan rumah subsidi menyebar di Binjai, Tebing Tinggi, Tanah Karo, Labuan Batu, dan lainnya,” katanya, Senin (17/4/2017).
Sayangnya, menurut Andi, masih ada sejumlah persoalan klasik pembangunan daerah di Sumatera Utara. Bahkan, pemangkasan perizinan yang diamanatkan Paket Kebijakan Ekonomi XIII tentang Pembangunan Perumahan MBR belum bisa juga terealisasi.
Andi menilai hal itu juga akibat lambatnya petunjuk teknis dari pemerintah pusat. Persoalan lainnya adalah masih seputar pemecahan sertifikat di kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat.
“Ke depan saya upayakan bermitra lebih baik lagi dengan BPN kebetulan kemarin kepala kantor BPN yang baru dilantik teman sekolah saya. Jadi, saya optimistis pembangunan khusus MBR akan lebih mudah nantinya,” ujar Andi.
Dirinya pun memastikan iklim investasi industri properti di Sumatera Utara tahun ini secara umum akan lebih baik dari dua tahun belakangan yang mengalami perlambatan. Hal itu didukung juga penyelesaian infrastruktur yang menunjang akses ke daerah-daerah di Sumatera Utara.
Salah satunya, tol Medan — Kuala Namu — Tebing Tinggi yang mempermudah perjalanan menuju kawasan wisata unggulan Sumatera Utara, yakni Danau Toba.
Pembangunan jalan tol tersebut juga dinilai akan mendorong berkembangnya properti baru di kawasan Tanjung Morawa. Bahkan, tidak menutup kemungkinan sekitar Tanjung Morawa akan menjadi kawasan niaga baru penunjang pusat kota Medan.