Bisnis.com, JAKARTA - Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta mengadakan perjanjian kerja sama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung, untuk menyusun zonasi daerah penangkapan ikan di kabupaten itu.
"Saat ini tim STP, yang terdiri atas para dosen, sedang berada di Bangka Tengah terkait penyusunan zonasi tersebut," kata Ketua STP Mochammad Heri Edy dalam siaran pers, Jumat (26/5/2017).
Selain rayonisasi, perjanjian mencakup penerimaan taruna/taruni STP dan pemberdayaan lulusannya, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku utama dan pelaku usaha perikanan.
Heri menjelaskan STP menggunakan sistem pendidikan vokasi dengan pendekatan teaching factory dengan 70% praktik dan 30% teori. Dengan demikian, lulusan yang dihasilkan siap bekerja dan berwirausaha sesuai bidangnya.
Taruna juga dididik dengan 18 karakter, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Sebagai contoh untuk menghasilkan karakter mandiri, STP menggunakan pendekatan teaching factory, dengan dibangunnya dunia usaha dan industri sesungguhnya di dalam kampus. Misalnya pada Program Studi Pengolahan Hasil Perikanan, para taruna dididik untuk menjalankan usaha pengolahan sesuai standar, dimulai mencuci tangan, memakai sepatu dan pakaian khusus, masker, dan tutup kepala. Kemudian mereka menjalankan proses pengolahan hasil perikanan, hingga pengemasan dan pemasaran.
Heri melanjutkan, selain Diploma IV (setara Strata II), STP juga memiliki Program Pascasarjana. “Mungkin STP satu-satunya perguruan tinggi perikanan Indonesia yang memiliki Program Magister Terapan,” tambahnya.
Sekretaris Daerah Bangka Tengah Sugianto menyambut baik kerja sama yang dilakukan dengan STP. Menurutnya, Bangka Tengah memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat tinggi, namun kapasitas SDM di sektor tersebut masih kurang. Karena itu diperlukan kerja sama dengan STP untuk mengembangkannya. Potensi tersebut antara lain garis pantai yang panjang dan sumberdaya ikan yang banyak, baik ikan laut maupun air tawar.
Ia juga menjelaskan awalnya masyarakat hanya tertarik dengan ikan laut. Karena itu dilakukan perubahan mindset hingga kini menggemari juga ikan air tawar. Bahkan Bangka Tengah menjadi pemasok ikan air tawar di Provinsi Bangka Belitung, seperti lele dan patin. Salah satu potensi lainnya adalah udang galah yang perlu dikembangkan karena merupakan udang endemik Indonesia.
Daerahnya dahulu memiliki potensi tambang timah, yang sangat membantu perekonomian masyarakat. Namun, kini izin penambangan timah itu telah berakhir sehingga perlu mengembangkan kegiatan sektor lainnya, seperti perikanan dan pertanian, untuk menghidupkan perekonomian.
“Masyarakat banyak yang ingin instan, sedangkan perikanan, khususnya budidaya, memerlukan proses. Selain bekerja di perusahaan tambang, ada juga masyarakat yang menambang timah sendiri. Setengah kilogram timah dijual seharga Rp50.000-Rp60.000. Kini tambang sudah dilarang. Masyarakat perlu beralih, tapi kapasitas SDM-nya rendah. Untuk itulah diperlukan kerja sama dengan STP,” ujarnya.