Bisnis.com, JAKARTA - Operator 13 bandara di Indonesia timur, PT Angkasa Pura I, menyebutkan progres pengembangan kekerasan landas pacu di 11 bandara yang dikelola BUMN itu baru sekitar 20%.
Israwadi, Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura (AP) I, mengatakan progres peningkatan kekerasan landas pacu (PCN) yang diproyeksikan memakan dana investasi Rp1,1 triliun itu masih berjalan sesuai dengan jadwal.
“Meskipun ada sedikit kendala dari cuaca dan angkutan Lebaran kemarin, secara umum masih on track. Yang sudah rampung, baru Bandara Adisutjipto Yogyakarta,” katanya di Jakarta pada Senin (24/7/2017).
Israwadi menjelaskan sebagian besar bandara yang dikelola AP I merupakan warisan dari masa penjajahan Belanda dan Jepang, di mana didesain untuk pesawat militer guna kepentingan penguasaan wilayah.
Akibat kepentingan tersebut, sambungnya, struktur kekerasan landas pacu dibangun dengan lapis permukaan (surface layer) yang relatif tebal ketimbang lapis fondasi (base layer). Akibatnya, sistem ini menjadi kurang menguntungkan dalam jangka panjang.
“Karena struktur pondasi yang tipis, daya dukung konstruksi menjadi bertumpu pada lapisan permukaan, sehingga cepat menua, dan kinerjanya pun menurun secara signifikan karena menahan langsung beban pesawat,” tuturnya.
Oleh karena itu, lanjut Israwadi, struktur landas pacu menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan penerbangan komersial saat ini. Apalagi, arus pergerakan angkutan udara terus meningkat, dan ukuran pesawat terus membesar.
Data AP I mencatat rata-rata pertumbuhan arus lalu lintas udara di Indonesia mencapai 5,8% per tahun dalam 5 tahun terakhir ini, di mana mayoritas pesawat berlorong tunggal (narrow body) seperti B737-900 dan B737-800.
“Jumlah pesawat berbadan lebar seperti B777, B747 dan A330 juga terus meningkat, sehingga menyebabkan struktur kekerasan landas pacu menjadi rusak dengan cepat karena tidak sesuai dengan peruntukannya,” ujar Israwadi.
Dengan kondisi tersebut, AP I menargetkan program peningkatan kekerasan landas pacu di 11 bandara yang diwacanakan sejak 2014 tersebut akan rampung pada 2019 secara bertahap dengan nilai investasi mencapai Rp1,1 triliun.
Sementara itu, Ketua Penerbangan Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto menilai pengembangan landas pacu bandara memang sudah cukup mendesak mengingat arus pergerakan pesawat terus meningkat.
“Saya kira ini juga bagus buat maskapai. Dengan peningkatan PCN berarti kapasitas payload pesawat-pesawat yang sekarang bisa optimal, sehingga jumlah penumpang dan kargo yang bisa diangkut juga lebih maksimal,” katanya.
Selain itu, lanjut Bayu, peningkatan standar kekerasan landas pacu juga berpotensi membuat para maskapai lebih percaya diri untuk mendatangkan armada tipe baru yang berkapasitas lebih besar.
Sekretaris Jenderal INACA Tengku Burhanudin menuturkan persoalan klasik dalam penyelenggaraan transportasi udara selama ini memang diantaranya belum memadainya kebutuhan sarana dan prasarana.
“Mulai dari alat navigasi, landas pacu dan pengamanan sekitar bandara. Hal ini memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga perlu konsistensi dari pemerintah untuk bisa menyelesaikan persoalan ini,” ujarnya.
Burhanudin berharap pemerintah segera melengkapi peralatan dan perbaikan infrastruktur bandara, termasuk bandara-bandara di pelosok daerah. Hal ini juga sesuai dengan amanah dari UU No. 1/2099 tentang Penerbangan.
Progres peningkatan kekerasan landas pacu di 11 Bandara Angkasa Pura I
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Bandara Progres PCN Bujet
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Ngurah Rai Bali 9,8% 86 Rp155 miliar
Juandara Surabaya 17% 117 Rp108 miliar
Hasanuddin Makassar 100% (runway 1331) 103 Rp46,3
29% (runway 0321) 103 Rp65 miliar
Frans Kaisepo Biak 0% (tender) - Rp250 miliar
Sam Ratulangi Manado 0% (tender) Rp70 miliar
Adisutjipto Yogyakarta 100% Rp19 miliar
Syamsudin Noor Banjarmasin 0,5% Rp143 miliar
Achmad Yani Semarang 24% -
Pattimura Ambon 0% (tender) Rp178 miliar
El Tari Kupang 0% (tender) Rp65 miliar
Adi Soemarmo Solo 0% (kajian) -
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber: PT Angkasa Pura I, diolah