Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia berhasil meraup pendapatan usaha senilai US$200,2 juta atau setara Rp2,66 triliun pada semester I/2017, naik 15% dari realisasi periode yang sama tahun lalu US$174 juta.
Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Iwan Joeniarto mengatakan nilai pendapatan yang diraup GMF pada paruh pertama tahun ini berada sedikit di atas ekspektasi perseroan.
“Realisasi pendapatan pada semester II/2017 ini berada sedikit di atas target, yakni 103%. Dari hasil yang diraup, porsi pendapatan dari perawatan engine menjadi penyumbang terbesar sebesar 26%,” katanya di Jakarta pada Selasa (25/7/2017).
Iwan mengungkapkan bisnis perawatan pesawat (maintenance repair overhaul/MRO) terus mencatatkan pertumbuhan positif. Hal itu juga sejalan dengan meningkatnya jumlah pesawat, baik di wilayah domestik maupun regional.
Apabila tidak ada aral melintang, dia menargetkan nilai pendapatan yang diraup GMF hingga akhir tahun ini menembus angka US$424 juta, atau naik 9% dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun lalu.
“Kami optimistis. Apalagi perkembangan jumlah pesawat cukup tinggi. Artinya, bahwa pasar dan potensinya itu ada, sehingga memberikan kesempatan bagi kami untuk mendapatkan pekerjaan, baik dari dalam negeri maupun luar,” tuturnya.
Iwan menambahkan GMF juga akan fokus memperluas pangsa pasar di luar Garuda Indonesia Group, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dia berharap porsi pendapatan dari non-Garuda Indonesia Grup bisa mencapai 60% pada 2021 mendatang.
Untuk diketahui, mayoritas pendapatan GMF saat ini masih berasal dari induk usaha. Pada paruh pertama ini, porsi pendapatan dari induk usaha mencapai 68%. Sedangkan sisanya 32% disumbang dari non-Garuda Indonesia Grup.
Tingkatkan Kapasitas
Sejalan dengan itu, GMF juga berencana meningkatkan kapabilitas dan kapasitas perseroan dengan membangun fasilitas MRO di empat lokasi, yakni Batam, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, dan Australia.
Pada tahap awal, GMF menargetkan mulai membangun fasilitas MRO di Batam pada tahun depan dengan menggandeng rekanan yang juga berasal dari perusahaan MRO. Nanti, fasilitas MRO di Batam diarahkan untuk menggarap pasar domestik dan internasional.
Dengan fasilitas MRO di Batam itu, Iwan berharap GMF dapat mengambil pangsa pasar dalam negeri lebih banyak, khususnya yang lari ke luar negeri. Saat ini, pelaku MRO dalam negeri baru menyerap 49% pasar dalam negeri.
“Kondisi sekarang, dari total pasar MRO domestik yang ada, MRO kita baru bisa menyerap sekitar 49%. Sedangkan, mayoritas 51% lainnya lari ke luar negeri, seperti ke Singapura, Malaysia, dan Hongkong,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menilai bisnis MRO memang cukup prospektif untuk digarap. Apalagi jumlah penumpang angkutan udara juga terus meningkat.
“Bisnis MRO itu memang sangat menjanjikan. Pendapatannya juga pakai dolar AS. Ini akan mendongkrak pendapatan Garuda. Selain itu, bisnis MRO juga sangat berpotensi menambah lapangan kerja baru,” tuturnya.