Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Darmin Nasution: Lebih dari 50% Proyek Strategis Didanai Swasta

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengemukakan hal tersebut menanggapi pernyataan Presiden World Bank Jim Yong Kim yang meminta Pemerintah Indonesia berhenti memberikan keistimewaan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pembangunan infrastruktur.
Menko Perekonomian Darmin Nasution membaca berkas Paket Kebijakan Ekonomi XV di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (15/6)./Antara-Puspa Perwitasari
Menko Perekonomian Darmin Nasution membaca berkas Paket Kebijakan Ekonomi XV di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (15/6)./Antara-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memastikan telah memberikan prioritas kepada perusahaan ‘pelat hitam’ alias swasta untuk turut terlibat dalam pembangunan proyek-proyek Pemerintah.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengemukakan hal tersebut menanggapi pernyataan Presiden World Bank Jim Yong Kim yang meminta Pemerintah Indonesia berhenti memberikan keistimewaan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pembangunan infrastruktur.

Hal itu disampaikan oleh Darmin usai mendampingi Presiden Joko Widodo menemui delegasi World Bank di Istana Merdeka, Rabu (26/7/2017)

"Presiden Kim menyatakan ada persepsi di luar bahwa peranan swasta itu perlu diberi lebih besar. Kami sudah tunjukkan angkanya, sebetulnya 57%, lebih dari 50% proyek strategis kita itu yang membiayai swasta. Presiden Kim bilang itu hanya persepsi, saya enggak bilang itu benar. Persepsi ya perlu didengarkan juga," katanya.

Dia menuturkan Pemerintah selalu membuka peluang baik swasta maupun BUMN untuk mengambil proyek-proyek yang dinilai menguntungkan. Dua entitas itu, kata Darmin, terbuka dalam menentukan proyek.

Akan tetapi, Darmin mengakui Pemerintah memang mengutamakan perusahaan pelat merah untuk menangani proyek-proyek yang mendesak. Hal ini, lanjutnya, mempertimbangkan kecepatan dalam pelaksanaan proyek.

"Kalau swasta persiapannya bisa 2 tahun, baru mulai ditawarkan, feasibility study dulu. Tapi kalau BUMN, mungkin bisa kerjakan. Tapi kami terima ada persepsi, kami juga dengar BUMN itu terlalu besar peranannya, tapi ya kita mengatakan dalam hal kita perlu, apalagi kalau mendesak."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper