Bisnis.com, JAKARTA - Industri jamu Indonesia berpeluang untuk diekspor ke negara lain selama memenuhi peraturan yang berlaku di negara tujuan.
Puluhan pengusaha muda Indonesia yang bergerak di bidang makanan, jamu, dan obat-obatan menjajaki peluang ekspor komoditas tersebut ke pasar Australia, termasuk melalui program pertemuan antarpengusaha kedua negara.
Langkah ini dilakukan pengusaha sambil menimba ilmu di Negara Kanguru selama 2 minggu di tiga kota utama di Australia, yakni Adelaide, Canberra, dan Sydney, demikian siaran pers KBRI Canberra yang diterima di Jakarta, Minggu (13/8/2017).
Australia menjadi sumber rujukan yang penting mengingat selama ini dikenal memiliki tingkat persyaratan dan standar keamanan makanan dan obat-obatan sangat tinggi.
Dengan kegiatan langsung itu, para pengusaha muda Indonesia diharapkan dapat melihat peluang sekaligus tantangan maupun pekerjaan rumah di dalam negeri yang harus dituntaskan jika ingin masuk ke pasar Australia.
Duta Besar RI untuk Australia Y. Kristiarto S. Legowo mengatakan, kunjungan pengusaha muda Indonesia ke Australia ini adalah wujud dari upaya memanfaatkan langkah awal dari Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif kedua negara. Proses perjanjian ditargetkan rampung akhir tahun ini.
Baca Juga
Pembahasan perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) telah melewati putaran kedelapan ini
Sebagai salah satu sektor yang sedang dibahas dalam, langkah pengusaha muda Indonesia mempelajari secara rinci regulasi dan standarisasi pemerintah Australia di bidang makanan, jamu dan obat-obatan perlu terus didorong dan didukung, kata Dubes Kristiarto.
Terlebih lagi, menurut Dubes, salah satu rujukan utama dalam perundingan IA-CEPA adalah pentingnya produk dan standar berkualitas tinggi yang akan diperdagangkan kedua negara.
Salah satu pengusaha yang ikut, Victor Ringo-ringo dari Graha Farmasi berbasis di Solo, menyatakan pihaknya sangat berharap dapat meraih manfaat nyata dari perundingan IA-CEPA, khususnya dalam bentuk akses pasar yang lebih terbuka ke Australia.
Hal itu dapat terwujud jika kedua negara sudah memiliki saling pengakuan atas produk yang diperdagangkan, katanya.
Lawrie Stanford dari Universitas Adelaide yang mendampingi para pengusaha Indonesia menilai bahwa kunjungan ke Australia ini sebagai landasan yang bagus bagi perundingan IA-CEPA.
Ditambahkan Stanford, standar keamanan makanan dan obat-obatan sangat tinggi yang diterapkan pemerintah Australia adalah demi kepentingan konsumen.
Kunjungan para pengusaha muda Indonesia selama 2 minggu disertai sejumlah pejabat dari Kementerian Perencanaan Pembangunan/Bappenas, Kementerian Perdagangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan Kementerian Perindustrian ini difasilitasi Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia.