Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Workshop Pengelolaan Sampah Elektronik Bakal Digelar di Jakarta

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkolaborasi dengan United States Environmental Protection Agency (USEPA) mengadakan workshop untuk mencari solusi manajemen sampah elektronik.
Sampah elektronik/Ilustrasi
Sampah elektronik/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkolaborasi dengan United States Environmental Protection Agency (USEPA) mengadakan workshop untuk mencari solusi manajemen sampah elektronik.

Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki populasi sekitar lebih 250 juta jiwa menjadi salah satu penghasil sampah elektronik terbanyak. Penanganan terhadap limbah elektronik dalam negeri yang dilakukan oleh swasta dan pemerintah masih memiliki kekurangan.

M.R. Karliansyah‎, Plt. Dirjen Pengelolaan Sampah Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan‎ (KLHK), menyampaikan isu sampah elektronik selalu menjadi masalah utama di negara berkembang. Hal ini karena Indonesia dan negara berkembang lain belum memiliki fasilitas lengkap guna mengelola sampah elektronik.

"‎Negara lain sudah dapat mengelola sampah elektronik menjadi barang yang memiliki nilai lebih," kata Karliansyah di sela-sela acara Workshop Pengelolaan Limbah Elektronik di Jakarta, Senin (2/10/2017).

Menurutnya Indonesia harus belajar ke negara maju mengenai penanganan sampah elektronik. Negara maju tercatat tidak hanya mengumpulkan komponen dari sampah elektronik, tetapi sampai mengelola barang tersebut untuk didaur ulang menjadi logam yang memiliki nilai jual.

"Indonesia baru sampai ke tahap pengumpulan sampah elektronik saja, itupun baru dapat handle sebanyak 75%," ujarnya.

KLHK dan USEPA dan Environmental Protection Agency Taiwan (EPAT) untuk membahas masalah limbah ini. Acara pada tahun ini bertema Brown to Gold yang akan berlangsung pada 3—6 Oktober 2017. Workshop ini diikuti oleh Amerika Serikat, Argentina, Brasil, Chili, Filipina, Jerman, Kamboja, Kolombia, Malaysia, Meksiko, Thailand, Taiwan dan Indonesia sebagai tuan rumah.

‎Karliansyah menambahkan acara ini diadakan untuk menyosialisasikan potensi sampah elektronik menjadi bisnis. "Sampah elektronik bisa dikelola oleh investor guna mendapatkan nilai lebih seperti kandungan yang dibutuhkan kembali oleh manufaktur," imbuhnya.

Internasional Journal of Environment Science and Development mencatat pada 2015 handphone yang diproduksi di Indonesia mencapai 4.375 ton per tahun. Namun, limbah elektronik yang terkumpul hanya sekitar 3.176 ton per tahun. Barang yang terkumpul ini juga belum sampai ke tahap pengelolaan. Padahal jika dikelola dengan baik, 1 ton limbah elektronik dapat menghasilkan kandungan sekitar 1,44 kg emas, perak, dan logam lain. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper