Bisnis.com, MATARAM -- Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) dan satu MPP (Mobile Power Plan) untuk area Nusa Tenggara dengan total kapasitas mencapai 350 MW diresmikan oleh Menteri ESDM Ignatius Jonan.
Jonan mengatakan bahwa pengembangan pembangkit yang dibangun ini mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi.
"Pemerintah berkomitmen terus meningkatkan rasio elektrifikasi, saat ini telah lebih dari 93%, ini sudah luar biasa penigkatannya dan diharapkan terus meningkat menjadi 97% di 2019," ujar Jonan di Mataram, Jumat (20/10/2017).
Guna menaikkan rasio elektrifikas, PLN diperbolehkan membangun listrik desa yang off grid diluar Rencana Usaha Penyelenggaraan , sehingga dapat mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir memaparkan kondisi kelistrikan di Indonesia sekarang dalam keadaan yang cukup baik, karena tidak ada pemadaman akibat defisit daya pembangkit.
Seluruh sistem besar kelistrikan PLN telah mengalami surplus, dan beberapa daerah mempunyai reserve margin lebih dari 30%.
Baca Juga
"PLN saat ini siap melayani permintaan penyediaan tenaga listrik. Kami berharap agar ketersediaan daya yang cukup ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, terutama oleh kalangan industri," ujar Sofyan.
Menurutnya, program 35.000 MW juga telah mengakomodir tumbuhnya kawasan ekonomi khusus (KEK) dan kawasan industri (KI) sehingga mampu mendorong pertumbuhan industri dan berdampak bagi masyarakat.
Pembangkit di Lombok yang saat ini digroundbreaking dan diresmikan, disebut Sofyan nilai total investasi dari seluruh proyek ini mencapai Rp6 triliun serta dapat menyerap cukup banyak lapangan kerja.
Proyek PLTU IPP Lombok Timur yang diresmikan telah menyerap sebanyak 37.000 pelanggan baru yang siap menikmati listrik PLN. Sistem Lombok sendiri saat ini sebesar 299 MW dengan beban puncak tertinggi sebesar 227 MW dan cadangan 72 MW.
Total pelanggan PLN saat ini sebanyak 1.158.740 pelanggan yang terdiri dari 1.092.473 pelanggan rumah tangga, 22.033 pelanggan tarif sosial, 37.657 pelanggan bisnis, 298 pelanggan industri dan 6.279 pelanggan pemerintah.
Sementara rasio elektrifikasi NTB per Juli 2017 sebesar 81,14% dengan target 83,52% di akhir 2017. Selain itu melalui program listrik pedesaan di 2017 ini PLN ditargetkan melistriki 65 dusun terpencil di NTB.
Berikut ke tujuh proyek yang di Groundbreaking dan diresmikan oleh Menteri ESDM di wilayah Nusa Tenggara.
1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Lombok Peaker. Berkapasitas 150 MW dan berlokasi di desa Tanjung Karang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Nilai investasi RP1,6 triliun dan akan menyerap tenaga kerja sejumlah 390 orang. Diharapkan akan Commercial Operation Date (COD) pada Februari 2019.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bima. Berlokasi di Dusun Bonto, Kecamatan Asakota, Kota Bima Nusa Tenggara Barat, berkapasitas 50 MW. Total investasi Rp637 miliar dan akan menyerap tenaga kerja sekitar 300 orang. PLTMG Bima direncanakan akan COD pada Oktober 2018.
3. PLTMG Sumbawa kapasitas 50 MW. Pembangkit yang berada di desa Labuan Badas Kabupaten Sumbawa, nilai investasi lebih dari Rp744 miliar dan menyerap tenaga kerja hingga 285 orang. Ditargetkan PLTMG Sumbawa akan selesai pada Oktober 2018.
4. PLTMG Kupang Peaker kapasitas 40 MW yang berlokasi di Dusun Panaf, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Target selesai pada November 2018. Dengan total investasi lebih dari Rp700 miliar. Pembangkit ini menyerap tenaga kerja lebih dari 300 orang.
5. Mobile Power Plant (MPP) Flores berkapasitas 20 MW. Berlokasi di Dusun Rangko, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat. Menelan investasi lebih dari Rp427 miliar dan menyerap tenaga kerja hingga 210 orang selama masa konstruksi dan 25 orang selama fase operasi.
6. PLTMG Maumere kapasitas 40 MW yang berlokasi di desa Hoder, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka-Flores Nusa Tenggara Timur. Menyerap tenaga kerja sekitar 285 orang dengan nilai investasi lebih dari Rp694 miliar.
7. PLTU IPP Lombok Timur 2x25 MW berlokasi di Desa Padakguar, Kabupaten Lombok Timur. Total nilai investasi Rp1,2 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.200 orang pada fase konstruksi dan 470 tenaga kerja saat operasi dengan prosentase 95% orang Lombok dan 85% di antaranya adalah penduduk Desa Padakguar.